Pemaksaan Narasi Pilpres Satu Putaran Itu Pembajakan Demokrasi

- 30 Desember 2023, 10:32 WIB
Tiga pasangan capres
Tiga pasangan capres /

DESKJABAR - Ketua Umum NETFID Indonesia Muhammad Afit Khomsani mengatakan, narasi Pemilu satu putaran meruntuhkan kualitas dari demokrasi. Apalagi ketika narasi ini terus digaungkan dan dilakukan dengan menghalalkan segala cara.

“Kami melihat bahwa narasi tersebut hanya mungkin menguntungkan satu kelompok tertentu, dan disisi lain meruntuhkan kualitas dari demokrasi sendiri,” tegas Afit pada wartawan, Jumat 29 Desember 2023.

Menurutnya, pemilu merupakan pesta demokrasi, dari, oleh dan untuk rakyat. Sehingga aktor politik yang memainkan narasi ini sangat tidak bijaksana. “Kaitan dengan narasi tersebut kami melihat bahwa narasi itu sangat berbenturan dengan semangat dan juga proses demokrasi sendiri yaitu dari, oleh dan untuk rakyat,” kata Afit.

Baca Juga: Selamat ! PSGC Urutan 3 Liga 3 Jawa Barat 2023, Kalahkan Depok City Lewat Adu Penalti 7-6

Dia menambahkan, fenomena hari ini, kita dihadapkan pada pertarungan narasi antar tim pemenangan pasangan calon. Namun dia mengingatkan pentingnya menjaga etika dan menghormati aturan yang sudah ada.

“Kaitannya dengan narasi satu putaran, seharusnya aktor-aktor politik kita itu bertindak lebih bijak dalam melemparkan isu isu yang kemudian cenderung memperkeruh suasana dalam pemilu,” ungkap Afit.

Pesta demokrasi harus dijalankan dengan prinsip-prinsip yang Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil. Peran rakyat, semangat demokrasi, tidak boleh dinafikan oleh kepentingan sekolompok orang.
“Dimana proses dan juga berlingkaran demokrasi sendiri harusnya dikembalikan, diselenggarakan oleh rakyat. Bukan kemudian aktor politik yang menentukan proses tersebut,” tegas Afit.

Menghadapi perang narasi, masyarakat jangan sampai merugi karena terseret arus. “Tentu peran masyarakat sangat penting dalam menyikapi perang narasi ini. kami juga mendorong masyarakat untuk secara komprehensif tidak menelan bulat-bulat, atau mentah-mentah perang narasi yang dilemparkan salah satu kelompok,” jelas Afit.

Masyarakat harus lebih cerdas mengelola narasi yang dilempar antara kelompok pendukung capres-cawapres. “ Kembali lagi bahwa, aktor politik, calon, timses, dan sebagainya tidak memperkeruh suasana dengan narasi yang kontradiktif dengan perkembangan demokrasi di indonesia,” tandas Afit.

Halaman:

Editor: Yedi Supriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah