Profil Laksamana TNI Yudo Margono, Kisah Sukses Sang Anak Petani yang Calon Panglima TNI

- 13 Desember 2022, 21:40 WIB
Calon Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono di depan DPR dalam Rapat Paripurna Ke-12 Masa Persidangan II Tahun Sidang 2022-2023 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa 13 Desember 2022.
Calon Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono di depan DPR dalam Rapat Paripurna Ke-12 Masa Persidangan II Tahun Sidang 2022-2023 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa 13 Desember 2022. /ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/

DESKJABAR - Selangkah lagi Laksamana TNI Yudo Margono menjadi Panglima TNI, kini ia tinggal menunggu pelantikannya sebagai panglima oleh Presiden Joko Widodo.  

Rapat Paripurna DPRI RI telah mengesahkan Yudo Margono untuk ditetapkan sebagai Panglima TNI, Selasa 13 Desember 2022.

Yudo Margono telah menjalani sejumlah tahapan menuju jenjang Panglima TNI, termasuk uji kelayakan dan kepatutan di hadapan Komisi 1 DPR RI hingga verifikasi oleh DPR RI.  

Calon Panglima TNI ini bukan berasal dari keluarga kaya. Ia adalah seorang anak petani sederhana asal Madiun, Jawa Timur.

November lalu, tepatnya pada tanggal 26, Yudo tepat berusia 57 tahun. Pendidikan dasar pria kelahiran tahun 1965 itu dilalui di kota kelahirannya.

Baca Juga: Jadwal Pertandingan Piala Dunia 2022 Malam Ini , Argentina vs Kroasia Berikut Lawan di Final

Cita-citanya untuk menjadi seorang tentara membawanya melanjutkan pendidikan di Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya, Jawa Timur. Yudo Margono lulus pada tahun 1988.

Kegigihan dan perjuangan menghiasi profil dan kisah hidup Yudo Margono. Ia sadar betul hidup tidak mudah. Untuk mewujudkan cita-cita harus diperjuangkan dengan keras.

Maka, ia tak menyerah ketika menempuh pendidikan di AAL, harus menempuh perjalanan dengan bus dari Madiun ke Surabaya. Dan ketika harus menginap di masjid karena tak memiliki saudara di Surabaya tak membuatnya merasa berat.

Syukurlah perjuangan Yudo mendapat hasil setimpal. Selepas pendidikan militer di AAL ia bisa mengenyam bermacam pendidikan militer lainnya, semisal pendidikan militer di Kursus Koordinasi Bantuan Tembakan (Korbantem) pada tahun 1989.

Demikian juga Kursus Perencanaan Operasi Amphibi (1990) dan Kursus Pariksa (1992) dia jalani.

Baca Juga: Cara Nonton Semifinal Piala Dunia 2022 Argentina Vs Kroasia di HP Tanpa Aplikasi dan Anti Ribet

Kemudian tercatat dalam riwayat hidupnya adalah Pendidikan Spesialisasi Perwira (Dikspespa)/Kom Angkatan VI (1992-1993), Pendidikan Lanjutan Perwira (Diklapa) II/Koum Angkatan XI (1997-1998), Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) A-40 (2003), Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI A-38 (2011), serta Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI PPRA A-52 pada tahun 2014.

Yudo Margono tak hanya menjalani pendidikan militer, namun ia juga menjalani pendidikan non militer di Universitas Krisnadwipayana Jakarta. Ia lulus sarjana pada 2014 untuk disiplin ilmu Manajemen, lalu diteruskan ke jenjang magister (S-2) juga untuk program studi Manajemen pada 2016.

Karier militer

Perjalanan karier militernya diawali sebagai Asisten Perwira Divisi (Aspadiv) Senjata Artileri Rudal di KRI YNS 332 di kapal perang.

Yudo juga sempat menjabat sebagai Kepala Departemen Operasi (Kadep Ops) KRI Ki Hajar Dewantara 364.

Beberapa kali Yudo menjadi komandan, antara lain Komandan KRI Pandrong 801, Komandan KRI Sutanto 877, Komandan KRI Ahmad Yani 351, Komandan Lanal Tual, Komandan Lanal Sorong, dan Komandan Satkat Koarmatim.

Baca Juga: Sebelum Bencana, Siapkan Hardtack, Makanan untuk Bertahan Hidup, Berikut Tips Pembuatannya Agar Tahan Lama

Grafik menaik mengiringi perjalanan kariernya. Di tahun 2017 hingga 2018, dia menduduki jabatan Panglima Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil). Tahun 2018 sampai dengan 2019, Yudo dipercaya sebagai Panglima Komando Armada I yang menduduki wilayah laut Indonesia bagian barat. Dan pada 2018 itu pula, Yudo bersama timnya berhasil menemukan kotak hitam Lion Air yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.

Ketika menjabat Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I pada tahun 2020, Yudo mampu meredam ketegangan di Wilayah Natuna, Kepulauan Riau, akibat pelanggaran yang dilakukan kapal nelayan China.

Tahun-tahun belakangan Yudo juga aktif dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, terutama dala upaya pemulangan WNI dari China ke Nusantara.

Baca Juga: Nonton Semifinal Piala Dunia 2022, Pilih Racikan Kopi Ini, Ampuh Menahan Ngantuk, Argentina vs Kroasia

Kinerja baik bapak tiga anak dari pernikahannya dengan perwira menengah Polri (AKBP) Veronica Yulis Prihayati ini membawanya menjadi orang nomor satu di TNI Angkatan Laut. Yudo menjadi Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) menggantikan Laksamana TNI Siwi Sukma Adji yang memasuki masa pensiun pada tahun 2020.

Selama perjalanan kariernya tersebut Yudo berhasil meraih sejumlah penghargaan. Sebut saja Bintang Dharma, Bintang Jalasena Utama, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Jalasena Naraya, penghargaan Pingat Jasa Gemilang – Tentera (P.J.G.) – Singapura, dan Honorary Member of The Order of Australia (Military Division) – Australia.

Selain itu, beberapa brevet pun didapatkan Yudo, seperti brevet atas air, brevet selam TNI AL, brevet kavaleri Marinir Kelas I, brevet Hiu Kencana, brevet Kopaska, Wing Penerbang TNI Au, dan Wing Penerbal.***

 

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber AntaraNews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x