Badan Geologi Kementerian ESDM Naikkan Status Gunung Anak Krakatau Menjadi Level III

- 26 April 2022, 10:43 WIB
Status Gunung Anak Krakatau menjadi level 3
Status Gunung Anak Krakatau menjadi level 3 /flickr/ozenk/

 

DESKJABAR - Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status Gunung Anak Krakatau dari sebelumnya Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) terhitung sejak tanggal 24 April 2022, pukul 18.00 WIB.

Masyarakat diminta untuk menyesuaikan peningkatan status ini dengan tidak beraktivitas dalam radius 5 Kilometer (km) dari kawah aktif.

Dikutip DeskJabar.com dari esdm.go.id yang diunggah pada Senin 25 April 2022.

Baca Juga: Erupsi Capai Ketinggian 3.000 Meter, Status Gunung Anak Krakatau (GAK) Naik Jadi Level III

"Badan Geologi menaikkan status Gunung Anak Krakatau dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) terhitung sejak tanggal 24 April 2022, pukul 18.00 WIB. Peningkatan status ini dilakukan setelah melihat hasil pemantauan visual dan instrumental Gunung Anak Krakatau menunjukkan adanya kenaikan aktivitas yang semakin signifikan," tutur Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono, Senin 25 April 2022.

Sehubungan dengan peningkatan aktivitas tersebut, Eko meminta agar masyarakat/pengunjung/wisatawan/ pendaki tidak mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari Kawah Aktif.

Badan Geologi akan terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pandeglang, dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Baca Juga: Erupsi Capai Ketinggian 3.000 Meter, Status Gunung Anak Krakatau (GAK) Naik Jadi Level III

"Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang erupsi Gunung Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami, serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat. Untuk informasi dapat menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi (022) 7272606 di Bandung (Provinsi Jawa Barat) atau Pos Pengamatan G. Krakatau (0254) 651449 atau 085846324506 di Pasauran (Provinsi Banten)," tutur Eko.

Melengkapi, Kepala PVMBG Hendra Gunawan mengatakan, sejak 15 April 2022 Gunung Anak Krakatau terus menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik.

"Sejak tanggal 15 April 2022, secara visual sudah terekam hembusan asap maupun tinggi erupsi kolom dengan variasi dari setinggi 1.000 sampai 2.000 meter dari muka air laut, dan tiga hari terakhir sudah mencapai 3.000 meter," tutur Hendra dalam konferensi pers siang hari ini.

"Kalau kita melihat bagaimana kondisi tekanan yang ada di tubuh anak Krakatau, mulai terekam intensif sebetulnya sejak tanggal 21 April 2022 atau 3-4 hari yang lalu dan ini artinya berkorelasi dengan meningkatnya tinggi kolom abu yang menjadi 3.000 meter dari muka air laut," kata Hendra.

Hendra menambahkan, peningkatan data emisi SO2 juga terlihat. Berdasarkan pantauan satelit Sentinel-5 (Tropomi) menunjukkan emisi SO2 mulai teramati pada tanggal 14 April dengan SO2 sebesar 28,4 ton/hari, meningkat menjadi 68,4 ton/hari pada 15 April dan meningkat drastis pada tanggal 23 April sebesar 9.219 ton/hari.

Pantauan SO2 dari magma ini menurutnya, berkorelasi dengan peningkatan aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini.

Baca Juga: 8 Kendaraan Bebas Ganjil Genap Mudik Lebaran 2022 Tol Jakarta-Cikampek, Ini Penjelasan Resminya dari Polri

Peningkatan SO2 yang signifikan mengindikasikan adanya suplai magma baru dan adanya material magmatik yang keluar ke permukaan berupa lontaran material pijar yang diikuti oleh aliran lava. Jumlah SO2 pada periode di atas mencapai 9,2 kiloTon.

Bila dibandingkan saat periode erupsi 2018, yaitu Juni-Agustus 2018 12,4 kilo Ton dan September-Oktober 2018 19,4 kiloTon.

Sehubungan dengan potensi bahaya, Hendra menjelaskan berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukan hampir seluruh tubuh Gunung Krakatau yang berdiameter +- 2 Km merupakan kawasan rawan bencana.

Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya saat ini adalah lontaran material pijar dalam radius 2 km dari pusat erupsi, karena itu masyarakat yang bermukim atau yang beraktivitas di luar jarak radius 5 Km dari pusat kawah relatif aman.

"Potensi bahaya Gunung Anak Krakatau itu menjangkau hingga 5 km dari pusat kawah, sehingga masyarakat yang ada diluar 5 km itu tetap tenang, termasuk masyarakat yang melakukan mudik menggunakan transportasi kapal laut yang jaraknya puluhan kilometer (dari Gunung Anak Krakatau). Jadi relatif aman, tetapi untuk kehati-hatian diminta untuk tetap mengikuti update informasi yang dikeluarkan Badan Geologi," tutur Hendra.***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Esdm.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah