DESKJABAR - Tim Peneliti Hibah Dikti Universitas Langlangbuana (Unla) Bandung kembali gelar giat pengabdian kepada masyarakat, dengan mempertontonkan pengolahan limbah dawegan kelapa muda di kawasan stadion GBLA Gedebage Bandung, Jumat 2 Februari 2024.
Pengolahan limbah dawegan kelapa muda yang digagas Tim Peneliti Hibah Dikti Unla Bandung merupakan bukti pengabdian dunia pendidikan kepada masyarakat, terutama di kawasan stadion GBLA Gedebage Bandung, yang didominasi pedagang kelapa muda.
Pengabdian kepada masyarakat dengan memanfaatkan limbah dawegan kelapa muda, yang digagas tim Dikti Unla Bandung dan dipusatkan di kawasan stadion GBLA karena dinilai kawasan ini merupakan kawasan sentra pedagang kelapa muda.
Baca Juga: Wisata Gunung Mas PTPN I, Bogor, Diklaim ‘Puncak Rasa Swiss’
"Sehingga sampah yang dihasilkan oleh pedagang kelapa muds di sini setiap harinya terus bertambah dan menjadi pemandangan yang tak sedap," kata Ketua PKM Tim Peneliti Dikti Unla Bandung, Dr.Siti Rosimah, ST.,MT.
Sampah Dawegan Kelapa
Menurutnya sampah dawegan kelapa yang dihasilkan oleh para pedagang kelapa muda jika ingin dibuang, maka mereka (para pedagang) harus berbayar dengan nominal Rp5000.
Dari sinilah, ia bersama tim melakukan survai ke sejumlah pabrik pengolahan limbah kelapa, untuk bisa mengetahui pemanfaatan limbah dawegan agar bisa didaur ulang.
"Dari hasil survai itu, diketahui ada manfaat dari limbah dawegan jika didaur ulang seperti cocofeed, cocochied dan cocofayber," ucap Siti Rosimah.
Cocofayber, lanjutnya, bisa bermanfaat untuk springbad. Sedangkan cocofeed yaitu untuk media tanam. Sementara hasil survai yang dilakukan tim menyimpulkan, bahwa di Bandung tidak ada yang menangani daur ulang limbah kelapa muda atau dawegan.
Di sisi lain anggota Tim Peneliti Dikti Unla Bandung, Dr. R. Indriyati Kamil, S.IP., M.Si, mengakui ia tidak pernah insten mengamati fenomena limbah dawegan kelapa di kawasan GBLA. Namun setelah sekian lama diamati dan koordinasi dengan para pedagang tercetuslah ide pengolahan daur ulang.
Fenomena Sampah Pedagang
Kaitan dengan pengolahan limbah dawegan ini, kata Indriyati Kamil, diinisiasi fenomena yang terjadi di kawasan itu. Sehingga pihaknya melakukan kolaborasi dengan disiplin ilmu sosial komunikasi, teknik industri dan disiplin ilmu ekonomi.
"Saya ini kan dari ilmu sosial, komunikasi, terus pak Rohmana dari Teknik Industri bersama ibu Ketua dan ibu Maya dari Ekonomi," kata Indriayati Kamil.
Jadi, lanjutnya, kita di sini mencoba berkolaborasi untuk bisa menggabungkan berbagai disiplin ilmu, agar bisa memanfaatkan limbah dawegan kelapa ini menjadi barang yang memiliki nilai bermanfaat.
"Ini merupakan langkah awal saja yang bisa kami lakukan untuk mempraktekan kegiatan pemanfaatan limbah dawegan kelapa," ucapnya.
Diharapkan, dengan adanya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini pihaknya bisa bersinergi. Karena, akunya lagi, kita dari akademisi hanya sebatas mempasilitasi, yang kedepannya bisa berkelanjutan.
"Kegiatan ini pun selain dibantu para mahasiswa juga dari relawan lingkungan, Walhi, P3I dan Pemerintah Kecamatan Panyileukan," cetusnya.
Masih Perlu Penyempurnaan
Hal senada disampaikan Rohmana, ST., MT., IPM., ASEAN Eng, perancang mesin pengolah limbah dawegan kelapa, mengakui, bahwa alat yang dibuatnya masih perlu banyak penyempurnaan.
Menurutnya, untuk mendesain sebuah alat tidak langsung sempurna dengan sendirinya, sehingga diperlukan proses penyempurnaan. Di sini, kata Rohmana, ada kelemahan yaitu jika memproses limbah dawegan kelapa basah, diprosesnya susah dibanding yang kering.
"Kemudian alat jepit yang ada di mesin pengolahan ini agak sedikit licin, menyebabkan limbah dawegan kelapa terus bergerak dan sering melenceng," kata Rohmana.
Ia menyebutkan, bahwa mesin pengolahan limbah dawegan kelapa ini dibuat protatif karena untuk sekala kecil. "Sehingga mesin ini belum sepenuhnya sempurna, dan kedepan akan lebih disempurnakan lagi," ucapnya.
Sementara itu, hal lain yang disampaikan Ir. Zulkarnain, S.T., M.T
Sekretaris LPM Unlah, bahwa, saat dilakukan demo mesin daur ulang dawegan kelapa sebaiknya harus siap pakai dan siap digunakan.
Baca Juga: Kemnaker Sambut Positif Kunjungan Nishimura dan Asahi
"Jika mesin daur ulang sampah dawegan kelapa ini, masih banyak yang harus disempurnakan, itu artinya masih dalam tahap penelitian," cetusnya.
Di sisi lain, Dr. Nur Zeina Maya Sari, S.E., M.M anggota Tim Peneliti PKM Unla Bandung, menyebutkan nilai ekonomis dari kegiatan ini adalah bisa memberikan nilai positif dalam upaya pemerataan kesejahtraan masyarat.
"Dari limbah dawegan kelapa yang sudah diolah, selain dijadikan media tanaman juga bisa dibuat sapu dan lain lain yang memiliki nilai jual," tuturnya.***