Karena menjadi pelabuhan besar, tidak heran jika di Pananjung tersebut hidup sekelompok bajak laut yang ingin menguasai pelabuhan tersebut.
Dan pada akhirnya, kelompok bajak laut tersebut berhasil menguasai pelabuhan Pananjung dan berhasil membunuh Prabu Anggalarang, yaitu Raja Pananjung dalam perang antara pasukan kerajaan dengan kelompok bajak laut.
Setelah kerajaan Pananjung dikuasai oleh bajak laut, maka pemerintahan kerajaan Pananjung tidak berlanjut dan dinyatakan bubar tidak ada penerusnya.
Baca Juga: Bandara Nusawiru Pangandaran Punya Pemandangan Indah Laut
Pangan dan Daran
Setelah abad ke 14 ketika kerajaan Pananjung sudah hancur, para nelayan dari wilayah Cilacap banyak yang eksodus ke wilayah teluk Pananjung untuk menangkap ikan. Para nelayan Cilacap yang merupakan suku Jawa tahu kalau wilayah Pananjung merupakan daerah yang subur dan memiliki sumber daya alam yang sangat luar biasa.
Para nelayan Cilacap tersebut merasa betah untuk tinggal di wilayah Pananjung dan menetap dan berbaur dengan masyarakat setempat yang merupakan orang Sunda. Karena kondisi kerajaan Pananjung hancur, maka masyarakat yang merupakan orang Jawa dan Sunda di wilayah Pananjung tersebut mengusulkan nama baru untuk Pananjung.
Dari hasil musyawarah masyarakat yang ada di daerah bekas kerajaan Pananjung tersebut muncul nama baru yang memiliki makna sama tetapi diambil dari dua bahasa yakni bahasa Jawa dan bahasa Sunda.
Masyarakat sepakat nama baru untuk bekas kerajaan Pananjung tersebut dengan nama Pangandaran. Yakni berasal dari kata "Pangan" dan "Daran",
Nama Pangandaran memiliki makna yang sama meskipun dari dua bahasa yang berbeda yakni sama sama makanan. Kata "Pangan" diambil dari kata Mangan atau Pangan bahasa Jawa yang artinya Makanan.
Kemudian kata Daran sendiri diambil dari kata "Kadaharan", dari bahasa Sunda yang juga memiliki makna makanan. Jadi Pangan dan Daran atau Pangandaran memiliki makna sama yakni makanan.