5 Tempat Wisata Favorit di Bandung di Jaman Belanda dan Kini Tinggal Kenangan dan Asing di Telinga Milenial

- 17 September 2023, 06:52 WIB
Maison Bogerijen, yang kini dikenal sebagai restoran Braga Permai, dulu merupakan toko kue sebagai pemasok makanan untuk Ratu Belanda.
Maison Bogerijen, yang kini dikenal sebagai restoran Braga Permai, dulu merupakan toko kue sebagai pemasok makanan untuk Ratu Belanda. /Dok. Braga Permai/

DESKJABAR – Kota Bandung dan sekitarnya saat ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit dengan berbagai pilihan jenis wisata yang bisa dituju. Jangan salah, ketenaran Bandung sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi sudah ada sejak dulu, sejak jaman penjajahan Belanda dan mungkin namanya asing di telinga kalangan milenial.

Sejak jaman penjajahan Belanda, di Bandung memang cukup banyak tempat pelesiran favorit tidak saja bagi kalangan orang-orang asing atau kulit putih dari Eropa, tetapi juga favorit di kalangan pribumi sebagai tempat wisata favorit.

Baca Juga: Wisata ke Ciwidey, Kabupaten Bandung, Sambil Berburu Teh Kualitas Bagus Buatan Petani dan UMKM

Sayangnya, tidak sedikit tempat-tempat wisata favorit di Kota Bandung yang sudah dikenal sejak jaman penjajahan Belanda tersebut,  kini hanya tinggal kenangan. Mungkin bagi kalangan milenial, nama-namanya masih asing di telinga.

Sejalan dengan perkembangan zaman dan pesatnya pembangunan yang terjadi di Kota Bandung, banyak sekali tempat-tempat yang dulunya sangat favorit, sekarang sudah tidak ada lagi. Hanya tinggal kenangan, bahkan sebagian sudah tidak ada lagi jejak yang ditinggalkannya. Mereka lenyap seperti tergerus zaman.

Mungkin tidak banyak orang yang tahu bahwa di wilayah yang sekarang dinamakan kawasan Buahbatu, dulu pernah ada lapangan terbang. Demikian pula tempat wisata, dulu di Bandung ada yang namanya Situ Aksan, tempat pelesiran favorit yang kini lenyap menjadi kawasan perumahan dan tidak berbekas sedikit pun.

Memang masih ada kawasan di Kota Bandung yang sejak zaman era penjajahan Belanda kawasan ini sudah dikenal sebagai tempat favorit dan tempat berkumpulnya orang-orang kulit putih, dan sampai saat ini masih termasuk kawasan wisata kota yang cukup favorit.

Kawasan yang dimaksud adalah Jalan Braga, yang sampai saat ini menjadi salah satu destinasi wisata di Pusat Kota Bandung. Bahkan termasuk tempat pelesiran kaum milenial. Di kawasan Jalan Braga masih banyak bangunan-bangunan peninggalan kolonial yang bergaya Eropa. Kini, bangunan-bangunan tersebut menjadi spot foto favorit bagi para milenial.

Sayangnya, tidak banyak kawasan yang seberuntung Jalan Braga yang sampai saat ini masih mampu bertahan sebagai tempat tujuan wisata favorit dengan nuansa yang berbeda, meski masih dibalut  jejak-jejak zaman dulu yang masih dipertahankan.

5 Tempat Favorit Jaman Belanda di Bandung yang Tinggal Kenangan

Inilah 5 tempat wisata favorit di zaman Belanda, yang kini tinggal kenangan, tergerus perkembangan zaman:

1.Maison Bogerijen

Bangunan Maison Bogerijen  sampai saat ini mmasih berdiri kokoh di Jalan Braga Bandung. Namun pasti bagi banyak orang, termasuk mereka yang melintas di jalan tersebut, akan sulit menemukan nama tersebut. Bahkan mungkin bagi mereka namanya terdengar asing dan tidak dimengerti.

Baca Juga: BERAPAKAH Luas Lahan yang Rampung Dibebaskan di Tol Getaci Ruas Gedebage hingga Garut Utara? INI Rinciannya

Mereka hanya tahu di kawasan itu ada sebuah gedung yang bernama Braga Permai, sebuah restoran dengan menu-menu western di dalamnya. Restoran tersebut kini memiliki teras yang telah diperlebar sebesar 130 meter persegi, serta ruang makan yang diperbesar mampu untuk menampung 50 orang pelanggan.

Namun siapa sangka di era awal tahun 1910-an, nama Maison Bogerijen adalah sebuah nama yang sudah dikenal luas di kalangan orang-orang Belanda, tidak hanya yang ada di Bandung tetapi juga di kawasan Hindia Belanda.

Maison Bogerijen adalah sebuah toko kue yang sudah sangat dikenal ketika itu. Kue buatannya menjadi  langganan favorit Gubernur Jenderal  van Limburg Stirum.

Dalam setiap kunjungannya ke daerah-daerah Vorstelanden (daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan empat monarki pecahan dari Kesultanan Mataram, yaitu Surakarta, Yogyakarta, Mangkunegaran, dan Pakualaman), untuk jamuan makannya menjdi tanggung jawab Maison Bogerijen.

Hingga pada akhirnya Ratu Belanda merestui dan langsung mengirimkan lambang agung dari Belanda untuk dipasang di depan bangunan restoran mereka. Maison Bogerijen berhak untuk menyematkan Hofleveranciers van H. M. de Koningin der Nederlanden pada restoran mereka, yang berarti pemasok resmi untuk Ratu Belanda .

2.Situ Aksan

Situ Aksan adalah sebuah situ yang dikelilingi pepohonan rindang  yang ada di Kota Bandung. Tempat ini pernah menjadi objek wisata favorit hingga era 1950-1960-an.

Namun saat ini tidak ada bekas sedikit pun yang ditinggalkannya. Mereka yang tahu Situ Aksan saat ini hanyalah sebuah kawasan di Kota Bandung, yang berlokasi di dekat Pasar Jamika yang berada diantara jalan Suryani dan Jalan Pagarsih.

Saat ini kawasan tersebut dikenal sebagai kawasan penjualan kayu-kayu bekas, dan di belakangnya ada sebuah perumahan.

Dulu Situ Aksan menjadi tempat berkumpul dan tempat wisata para penduduk lokal. Di tempat ini pula sering digunakan sebagai tempat kegiatan besar-besaran festival yang rutin diselenggarakan setiap tahun baik oleh komunitas Tionghoa di Bandung maupun oleh masyarakat Muslim.

Bahkan surat kabar Belanda saat itu menulis bahwa festival Tionghoa yang kemudian diberinama  Peh Tjoen diadakan besar-besaran dengan barongsai . Di tempat itu pula sering digelar pertunjukan wayang golek karena bertepatan dengan hari raya Idul Fitri.

3.Pemandian Tjihampelas

Tentu siapa yang tidak mengenal Jalan Cihampelas Bandung. Kawasan ini sejak lama sudah dikenal sebagai tujuan wisata belanja.

Baca Juga: KEPADA Bima Arya Kepala Sekolah SDN Cibeureum 1 Bogor Akui Salah, Satgas Saber Pungli Proses 63.090 Pelaku

Di salah satu sudut Jalan Cihampelas dulu pernah ada sebuah kolam renang yang punya sejarah dan prestasi keren. Dulu nama kolam renang tersebut adalah Pemandian Tjihampelas.

Sayang sejak 2010, Pemandian Tjihampelas kini sudah tinggal nama dan kenangan, yang sudah terkubur di bawah bangunan tinggi menjulang.

Padahal dulu Pemandian Tjihampelas merupakan kolam renang terkenal dan terbaik di era kolonial Belanda, dan sebagai tempat berenang para tamu Hotel Homann. Dari kolam renang inilah pernah menghasilkan atlet yang kemudian dikirim ke Olimpiade 1936 di Berlin.

Dan dari kolam renang ini pula kemudian beridir Klub Aquarius Bandung yang prestasinya sudah sangat dikenal di Indonesia. Dari klub inilah kemudian larih perenang-peranang handal Indonesia.

Seiring dengan perkembangan kawasan Jalan Cihampelas yang jadu kawasan bisnis dan tujuan wisata belanja di Kota Bandung, membuat banyak hotel dan mall berdiri di kawasan ini.

Laju pembangunan bangunan-bangunan tinggi di kawasan Cihampelas salah satunya telah menghilangkan kolam renang Cihampelas, yang sejak tahun 2010 sudah diruntuhkan dan diratakan terkubur di bawah bangunan apartemen The Jarrdin.

4.Hotel Berglust

Hotel Berglust yang berlokasi di Jalan Sukimun, Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah ini, dulu dikenal sebagai tempat pelesiran dan tempat berenang favorit warga Belanda dan masyarakat Tionghoa di Bandung. Hotel dan kolam renang itu dibangun sekitar pada awal tahun 1900-an

Saat ini Berglust hanya tersisa reruntuhan dan kenangan. Semak belukar tumbuh tak terurus di hampir semua sudut kolam Berglust. Dua kolam renang yang dulu menjadi primadona, kini ditumbuhi lumut.

Tak ada yang menyangka di balik benteng sepanjang kurang lebih 8.000 meter persegi , tersimpan sejarah pariwisata di era kolonial Belanda.  Hotel Berglust menjadi  hotel dan kolam renang yang amat mahsyur pada masanya di tengah kota militer, Cimahi.

Berglust yang berlokasi di Jalan Sukimun, Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah ini dikenal sebagai tempat pelesiran warga Belanda. Hotel dan kolam renang itu dibangun sekitar pada awal tahun 1900-an.

Lapangan Tegallega dulu dikenal sebagai tempat pacuan kuda yang sangat dikenal. Tahun 1881 pernah diselenggarakan balap kuda terbesar di Hindia Belanda.
Lapangan Tegallega dulu dikenal sebagai tempat pacuan kuda yang sangat dikenal. Tahun 1881 pernah diselenggarakan balap kuda terbesar di Hindia Belanda.

5.Pacuan Kuda Tegallega

Saat ini Lapangan Tegallega hanyalah dikenal sebagai sebuah taman luas di tengah Kota Bandung, yang setiap hari selalu ramai sebagai tempat berkumpul dan berolah raga warga kota. Lapangan ini penampakannya semakin tertata rapi sejak direvitalisasi pada tahun 2017.

Baca Juga: Menghadirkan Venue Baru yang Paling Luas di Kota Bandung, Timezone Menawarkan Next Gen Experience

Lapangan Tegallega juga saat ini berfungsi sebagai paru-paru kota, karena lapangan ini dikelilingi oleh banyak pepohonan besar. Penanaman pohon semakin massif saat peringatan Konferensi Asia Afrika tahun 2005.

Saat itu setiap perwakilan negara asing yang hadir di acara peringatan KAA, mendapatkan kesempatan menanam sebuah pohon.

Tetapi tidak banyak yang tahu, jika dulunya kawasan ini dikenal sebagai lapangan pacuan kuda yang terkenal di jaman penjajahan Belanda. Bahkan pada Tahun 1881, pernah diselenggarakan balapan kuda terbesar di Hindia Belanda.

Warga Eropa dan penduduk sekitar tumpah ruah menonton balap kuda di Lapangan Tegallega kala itu. Mereka tak hanya datang dari Bandung, juga dari Cianjur, Sumedang, Garut, Bogor, dan Batavia. Warga pribumi yang datang dari luar Bandung umumnya mengikuti tuannya yang ingin menyaksikan balapan tersebut, tapi ada juga yang menyengaja datang ingin melihat keramaian.

Warga Eropa yang menonton tidak hanya dari Bandung. Ada yang datang jauh-jauh dari Bogor. Mereka harus melewati perjalanan melelahkan karena harus melewati jalan darat, melintasi jalan pedati menembus puncak Gunung Megamendoeng yang menjadi perbatasan Preanger dan Batavia. ***

Ingin mengetahui berita sejarah Bandung lainnya, pantau di Google News Desk Jabar. KLIK DI SINI

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x