"Kita sampaikan sosialisasi, yang dari awalnya tidak tahu bahwa itu fosil. Hasil penelitian kita sampaikan kepada masyarakat. Alhamdulillah setiap ada sesi diskusi dengan masyarakat, kita selalu sampaikan edukasi itu. Bahwa fosil itu dilindungi dan tidak untuk diperjualbelikan," ucapnya.
Kronologi Penemuan Fosil Purbakala
Pentingnya pemahaman masyarakat Desa Jembarwangi akan temuan-temuan fosil purbakala tersebut juga dikenukakan Kepala Museum Geologi Bandung Isnu Hajar Sulistyawan. Menurutnya, untuk pengamanan fosil-fosil site museum yang akan dibangun di Jembarwangi, pihaknya mengandalkan dari kekuatan masyarakat setempat.
“Jadi kesadaran masyarakat terhadap perlindungan kepada museum ini tentunya akan menjadi garda utama, baik dari sisi fisik maupun dari bagaimana material-material tersebut agar tidak dimiliki pihak lain," katanya.
Baca Juga: Peluang Usaha Saat Kemarau, Inilah Komoditas Pertanian yang Cepat Panen dan Harga Bagus
Kades Jerbarwangi, Fitriani pun memaparkan kronologi sehingga Desa Jemberwangi Sumedang dikenal sebagai desa yang kaya dengan fosil kepurbakalaan.
Awal penemuan fosil purbakala pertama kali terjadi pada tahun 2004, ketika tim peneliti dari ITB serta seorang peneliti asal Jerman, DR. Cristien, melakukan penelitian dan penggalian di Desa Jerbarwangi. Saat itu mereka berhasil menemukan fosil berupa rahang gajah purba Stegodon.
Setelah dilakukan beberapa kali penelitian, sejumlah fosil satwa purba pun berhasil dikumpulkan. Fosil yang disimpan di kantor desa Jembarwangi, di antaranya ada fosil potongan kepala rusa, gigi buaya, stegodon, kayu purba, hingga fosil kura-kura.
Sementara fosil lainnya, ada yang disimpan di Kantor Disparbudpora Sumedang, ITB, Balai Arkeologi BRIN Bandung, dan Museum Geologi Bandung.
"Fosil-fosil yang disimpan di kantor desa itu dicatat menurut waktu temuan, lokasi temuan, dan penemunya," ujar Fitriani.
Bahkan beberapa waktu lalu, ada kegiatan ekskavasi fosil binatang purba berupa kura-kura dan buaya masih terus dilakukan di blok Leuwiumbar, Desa Jembarwangi.