“Coba kita lihat di polsek tidak ada itu alat-alat yang dibutuhkan untuk forensik digital seperti itu, harus dibawa ke Jakarta. Padahal kita negara kepulauan tapi peralatan forensiknya masih kuno,” kata penulis buku Pembaharuan Hukum Pidana itu menambahkan.
Menurut Yesmil, kalau memang polisi di tingkat daerah kekurangan alat canggih, maka dia mengusulkan agar tarik saja kasus pembunuh ibu dan anak di Subang ini ke pusat agar bisa segera ditemukan bukti-bukti kongkrit yang mengerucut pada penetapan tersangka kasus pembunuh ibu dan anak tersebut
“Ya tapi jangan juga ‘kehausan’masyarakat ini jadi terkesan terburu-buru. Masyarakat atau netizen kan begitu antusias dengan penyelesaian kasus Subang ini. Akan tetapi, percepatan penyelesaian kasus ini jangan diabaikan, karena keadilan yang ada di masyarakat itu juga tergambarlah di medsos,” tuturnya.
Andaikan saksi terungkap
Oleh karena itu, dalam penanganan kasus pembunuh ibu dan anak di Subang ini, Yesmil berharap polisi bisa lebih serius lagi agar mendapat perkembangan yang signifikan.
“Kasus subang ini tidak bisa diselesaikan dengan target waktu. Tapi dengan keseriusan, akan bisa menemukan tersangkanya. Karena biasanya kalau sudah ada tersangka satu, maka akan ada tersangka lainnya,” ujarnya.
Namun kira-kira siapa saksi pertama yang akan terungkap?
Polda Jabar sendiri dengan kendala dan kesulitan yang dihadapi pada proses pengungkapan kasus Subang, sejak akhir tahun 2021 sudah mulai berburu saksi yang dianggap saksi kunci yang akan menguak para pelaku, termasuk dalang dan eksekutor di kasus tersebut.
Perburuan dimulai dengah merilis sketsa terduga pelaku di kasus Subang.Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jabar, Kombes Pol Yani Sudarto mengatakan, sketsa wajah ini hasil dari tim Inafis Bareskrim Polri, berdasarkan keterangan saksi potensial.