DESKJABAR- Nama Prabu Siliwangi sudah sangat terkenal di kalangan masyarakat terutama masyarakat Sunda.
Tidak heran jika banyak daerah di Sunda yang sering dikaitkan dengan Prabu Siliwangi atau pernah disinggahi Prabu Siliwangi.
Banyak yang beranggapan Prabu Siliwangi sosok Raja Sunda yang memiliki kesaktian yang sangat tinggi.
Prabu Siliwangi dikenal dengan raja yang sakti mandraguna dan tidak ada yang bisa mengalahkannya.
Tapi ternyata, tidak ada Raja Sunda yang bernama Prabu Siliwangi. Karena nama Prabu Siliwangi bukan nama Raja Sunda tetap gelar yang disematkan masyarakat Sunda kepada rajanya.
Nama Prabu Siliwangi muncul setelah terjadinya Perang bubat yang terjadi di daerah palagan Bubat pada tahun 1357 Masehi.
Saat itu, Raja Galuh atau Raja Sunda yang bernama Prabu Linggabuana bersama isteri dan anaknya, Diah Pitaloka juga pasukan pengawal kerajaan meninggal di Bubat.
Maka Prabu Linggabuana raja Galuh dikenal dengan sebutan Prabu Wangi, sang mokteng ing Bubat. Prabu wangi memimpin Galuh antara tahun 1350 - hingga 1357.
Baca Juga: Patung Maung Siliwangi Dinaiki Anak Asuh, Dedi Mulyadi Murka, Mengingatkan Sesuatu yang Mirip ?
Setelah putra mahkota bernama Niskala Wastukancana dewasa dan dinobatkan sebagai Raja Galuh, masyarakat sunda mulai menyematkan gelar Prabu Siliwangi.
Kata Siliwangi tersebut berasal dari kata silih atau pengganti wangi yakni Prabu Wangi. Jadi nama Siliwangi mengandung arti Raja pengganti Prabu Wangi yang meninggal di Bubat.
Prabu Niskala Wastukancana menjadi Raja Galuh selama 104 tahun dan pada saat itu Galuh tumbuh menjadi kerajaan yang adil dan makmur.
Niskala Wastukancana memimpin Galuh, antara tahun 1371 sampai 1475 atau satu abad lebih dan satu satunya Raja Sunda yang paling lama menjadi Raja. Hal Itu tertuang dalam naskah Carita Parahyangan.
Di masa Niskala Wastukancana tidak pernah terjadi pertumpahan darah. Bahkan Niskala Wastukancana tidak memperkuat pasukan tempur tetapi memperkuat ekonomi masyarakat.
Niskala Wastukancana berhasil membawa kerajaan Sunda ke puncak keemasan. Di mana kerajaan Sunda tumbuh menjadi kerajaan yang paling makmur tentram dan aman.
Selama menjadi raja Galuh, tidak satu pun terjadi pertikaian apalagi penyerbuan dengan mengerahkan pasukan. Wastukancana tidak pernah melakukan pertempuran.
Justru Niskala Wastukancana malah memperkuat perekonomian masyarakat sehingga rakyat Sunda saat itu sejahtera dan yang paling penting aman dan nyaman.
Baca Juga: Ternyata, Ikan Dewa di Tempat Persinggahan Prabu Siliwangi di Kuningan Awalnya Dari Tulang Belulang
Era Niskala Wastukancana ini dikenal sebagai era perdamaian dan kemakmuran yang sangat panjang.
Menurut Carita Parahyangan jangankan manusia angin dan hewan pun betah tinggal di Galuh. Sunda benar benar berada di masa keemasan.
Budayawan Ciamis, Pandu Radea mengatakan Prabu Niskala Wastukancana sosok Raja Galuh yang arif dan bijaksana.
"Prabu Linggabuana dikenal dengan Prabu Wangi sedangkan Prabu Niskala Wastukancana dikenal dengan sebutan Prabu Wangisutah," kata Pandu Radea Ahad 30 Januari 2022.
Pandu Radea mengatakan di Sunda tidak ada Raja yang bernama Prabu Siliwangi. Tetapi Siliwangi adalah sebutan masyarakat Sunda yang ditujukan kepada Sri Baduga Maharaja.
"Siliwangi itu gelar yang diberikan masyarakat Sunda untuk Raja Sunda atau Raja Galuh," kata Pandu Radea.
Yang paling terkenal sosok Raja Sunda yang bergelar Prabu Siliwangi adalah Sri Baduga Maharaja yang juga memiliki nama asli Jayadewata.
Saat remaja, Sri Baduga Maharaja dikenal dengan sebutan Pamanah Rasa. Ketika diangkat menjadi Raja Sunda Galuh bernama, Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Namun ketika Sri Baduga Maharaja diangkat menjadi Raja Galuh mendapat nama Prabu Guru Dewata Prana.
Sri Baduga Maharaja bertahta di Pakuan Pajajaran sejak 1482 sampai 1521. Sri Baduga Maharaja memimpin Pajajaran selama 39 tahun. Dan Sri Baduga Maharaja berhasil membawa Pajajaran ke puncak kejayaannya.
Sri Baduga Maharaja merupakan raja Sunda yang dua kali dinobatkan menjadi raja.
Pertama Sri Baduga Maharaja dinobatkan sebagai Raja Galuh Kawali dari ayahnya Prabu Dewa Niskala, putra Prabu Niskala Wastu Kancana dari permaisuri Mayangsari, putri Prabu Bunisora.
Baca Juga: Kisah Asmara Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dengan Lindsay Lohan, Dibantah Sang Ayah
Kemudian Sri Baduga Maharaja juga menjadi Raja Sunda di Pakuan Bogor dari Mertuanya Prabu Susuktunggal, putra prabu Niskala Wastu Kancana dari permaisuri Ratna Sarkati putri Resi Susuk Lampung.
Setelah ditinggal Prabu Niskala Wastukancana, kerajaan Galuh menjadi dua, yakni Galuh Kawali dan Galuh Pakuan.
Maka di bawah Sri Baduga Maharaja inilah Galuh yang tadinya pecah menjadi dua kerajaan disatukan kembali menjadi Pajajaran.
Sri Baduga Maharaja inilah satu satunya raja Sunda yang dinobatkan dua kali menjadi raja. Maka Sri Baduga dinobatkan sebagai Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Baca Juga: 40 Mutiara Mandarin dan Dua Lainnya Penyambut Tahun Macan Air Imlek 2022, GONG XI FA CAI !!!
Dengan demikian pusat pemerintahan Galuh Kawali dipindahkan ke Pakuan Bogor. Iring iringan rombongan raja pindah dari Kawali ke Bogor menjadi momen langka bagi masyarakat Sunda saat itu.
Sri Baduga Maharaja juga berhasil membawa Pajajaran sebagian kerajaan yang rakyatnya makmur dan damai.
Karena keberhasilan menyatukan kembali dua kerajaan yang awalnya satu itu dan telah berhasil memakmurkan masyarakat, maka Sri Baduga Maharaja mendapatkan gelar Prabu Siliwangi.
Penyebutan nama Prabu Siliwangi sudah tercatat dalam Kropak 630, sebagai lakon pantun. Naskah ini ditulis pada 1518 Masehi, saat Sri Baduga Maharaja masih memimpin Kerajaan Pajajaran.***