Garut Mengalami Kelangkaan Oksigen

- 14 Juli 2021, 20:53 WIB
Heri Gunawan
Heri Gunawan /Antara

DESKJABAR - Kabupaten Garut, Jawa Barat mengalami kelangkaan oksigen karena pasokan dari distributor minim sejak pandemi Covid-19.  

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut, Heri Gunawan, di Garut, Rabu, 14 Juli 2021, mengatakan, hasil pengecekan di pasaran harga oksigen terjadi kenaikan per tabungnya, akibat adanya kelangkaan barang karena pasokan dari distributor minim sejak pandemi Covid-19.

Menurut dia,  sampai hari ini, ketersediaan oksigen untuk Kabupaten Garut masih dianggap langka.

Disebutkan, Disperindag Garut mendapatkan laporan dari masyarakat, soal  langkanya tabung oksigen untuk kebutuhan medis maupun bukan medis. Bahkan, terjadi kenaikan harga sejak terjadinya lonjakan kasus Covid-19.

Baca Juga: Bulog Siapkan 200 Ribu Ton Beras Berkualitas untuk Bantuan Beras PPKM Darurat

"Begitu adanya laporan itu, tim dari Disperindag Garut mengecek langsung ke lapangan untuk mengetahui stok oksigen di depot penjualan yakni Depot Sigi dan Tawakal di Kecamatan Karangpawitan, dan Depot Tasman di Jalan Pembangunan, Kecamatan Tarogong Kidul," ujar Heri Gunawan, dikutip Antara, usai melakukan pengecekan stok oksigen di Garut, Rabu.

Ia mengungkapkan hasil pengecekan di Depot Sigi hanya memiliki 500 tabung dan yang hanya terisi oleh distributor hanya 15 tabung, sisanya kosong. Selanjutnya Depot Tawakal dari 200 tabung yang terisi hanya 15 tabung.

"Di Depot Tasman sedikit ada peningkatan memiliki 800 tabung, mereka permintaan ke Bandung dipasok 100 tabung," katanya.

Terkait harga jual oksigen untuk tabung 6 kubik, kata dia, terjadi kenaikan dari distributornya pada kisaran Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu per tabung, sebelum adanya lonjakan kasus Covid-19 pada kisaran R p38 ribu sampai Rp 40 ribu.

Baca Juga: Perjuangan Haru Masomah Ali Zada Atlet Balap Sepeda Afghanistan, untuk Tampil di Olimpiade Tokyo 2021

Depot oksigen di Garut, kata dia, hanya bisa menjual untuk kebutuhan medis seharga Rp 120 ribu, sedangkan untuk kebutuhan bukan medis seperti oksigen untuk usaha perikanan harganya lebih mahal dari medis.

"Untuk puskesmas atau klinik menjual Rp120 ribu, lalu ada kegiatan di luar Covid-19, seperti untuk perikanan dihargai lebih dari itu," katanya.

Ia menambahkan kegiatan pengecekan tersebut sekaligus menyampaikan tentang arahan pimpinan tentang penjualan oksigen yang harus diprioritaskan untuk penanganan kesehatan masyarakat di antaranya yang terjangkit wabah Covid-19.

"Bahwasannya oksigen ini diprioritaskan untuk menolong pasien Covid-19, ketersediaan untuk pelayanan pasien yang sesak napas," katanya. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x