Terowongan Lampegan Dalam Kenangan Tahun 1980-an dan 1990-an

- 6 Juli 2021, 11:15 WIB
Terowongan Lampegan dalam film Joe Turun ke Desa produksi tahun 1989
Terowongan Lampegan dalam film Joe Turun ke Desa produksi tahun 1989 /Youtube CI Creativity

DESKJABAR- Diantara para penggemar dan masyarakat pengguna  kereta api di perbatasan Cianjur dan Sukabumi, Jawa Barat, sosok Terowongan Lampegan sangat dikenal.

Kini, Terowongan Lampegan yang sudah diaktifkan kembali, menjadi salah satu lintasan yang menarik bagi para pelancong kereta api rute Cianjur-Lampegan-Sukabumi.

Bahkan, di kalangan anak muda, lokasi Terowongan Lampegan dan Stasiun Lampegan, menjadi tujuan obyek fotografi menarik.

Jika ditempuh dari Bandung, sampai tulisan ini dibuat DeskJabar,  perjalanan menuju Lampegan menggunakan kereta api berangkat awal dari Stasiun Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.

Baca Juga: Ingin Terhindar dari Covid-19, Cobalah Konsumsi 7 Jenis Buah-buahan Ini

Sebenarnya, sosok Terowongan Lampegan dan sekitarnya, sampai kini masih melekat ikon sebagai kawasan perkebunan. Bahkan, di atas kawasan Terowongan Lampegan terdapat tiga unit perkebunan teh, yaitu Perkebunan Gunung Kancana (terawat baik) dan Perkebunan Harjasari (nasibnya kini mengenaskan), tak jauh di situ ada Perkebunan Gunung Manik (terawat baik).

Sampai awal tahun 1980an dan 1990-an, bagi mereka yang mengalaminya, kawasan Terowongan Lampegan dan Stasiun Lampegan memiliki kenangan tersendiri. Saat itu, suasana di sekitaran Lampegan memang sangat sederhana dan kondisi ruas jalan masih buruk dan berupa kampung-kampung sederhana.

Pada saat itu, rangkaian kereta api yang melintasi Lampegan, hanya terdiri dua gerbong ditarik lokomotif diesel tua, seri BB301 atau BB304. Suasana dalam gerbong pun masih banyak pedagang asongan, dll.

Bahkan, selewat rute Stasiun Cipatat sampai Lampegan, rangkaian kereta api Bandung-Cianjur-Lampegan-Sukabumi tersebut, seringkali dapat berhenti di sembarang tempat, misalnya di sawah atau kampung. Sebab, memang cuma satu-satunya kereta api tersebut yang melintas sehingga tak ada terkejar jadwal kereta api lainnya.

Baca Juga: Distribusi Pangan di Jawa Barat Masih Lancar Selama PPKM Darurat

Dalam kenangan DeskJabar, sampai tahun 1994-1995, suasana kehidupan di kawasan Stasiun Lampegan dan Terowongan Lampegan masih sangat sederhana.

Bahkan, orang-orang dari Perkebunan Harjasari yang saat itu produksinya masih normal, menempuh berjalanan kaki menuruni bukit di atas Terowongan Lampegan menuju Stasiun Lampegan, untuk sekedar jajan mie baso. Sebab, pedagang mie baso saat itu hanya satu-satunya ada Lampegan, dengan berjualan di Stasiun Lampegan.

Untuk telekomunikasi pun, sampai tahun 1995, di Lampegan masih umum orang-orang perkebunan menggunakan radio komunikasi semacam handy talky atau rig. Sambungan telepon sampai saat itu masih belum ada sambungan langsung, misalnya di Perkebunan Harjasari sambungan teleponnya adalah Cireunghas 1.

Baca Juga: Fast & Furious 9 Jadi Box Office Selama Era Pandemi Covid-19, Pendapatannya Tembus Rp 7,2 Triliun

Karena terkenalnya Terowongan Lampegan dengan kehidupan masyarakatnya yang sederhana, pernah pula dijadikan lokasi syuting film buatan tahun 1989, yaitu Si Joe Turun ke Desa (dibintangi Didi Petet, Meriam Bellina, Dessy Ratnasari, Silvana Herman, dll).

Namun diantara masyarakat kota yang melancong ke Terowongan Lampegan, sampai kini lebih sering mengait-ngaitkan dengan cerita misteri urusan mistik. (Kodar Solihat/DeskJabar) ***

 

 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah