Gunung Putri Lembang, Saksi Bisu Pertempuran Brutal yang Mengakhiri Kolonialisme Belanda, SEJARAH JAWA BARAT

- 6 Maret 2021, 19:34 WIB
Bekas bunker Gunung Putri, Lembang, hutan Jayagiri, Cikole Lembang, utara Bandung, Jawa Barat bekas Perang Dunia II
Bekas bunker Gunung Putri, Lembang, hutan Jayagiri, Cikole Lembang, utara Bandung, Jawa Barat bekas Perang Dunia II /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Sebuah bekas bunker tampak seolah sudah terlupakan zaman dalam sejarah Jawa Barat, terdapat pada kawasan wisata hutan di Gunung Putri Lembang, di utara Bandung, Jawa Barat.

Bekas bunker di Gunung Putri Lembang ini, sebenarnya adalah saksi bisu terjadinya pertempuran brutal antara pasukan KNIL Belanda dan Jepang di tempat ini pada Perang Dunia II pada 6 dan 7 Maret 1942 lalu.

Pasukan Jepang melakukan penyerbuan melalui utara, khususnya dari Subang, untuk memasuki Kota Bandung melalui celah Ciater. Sebab, Bandung merupakan kota sangat penting, yang merupakan simbol kejayaan perekonomian Hindia Belanda.

Baca Juga: BUAH RAMBUTAN: Rasa dan Manfaat untuk Kesehatan Tubuh Sama-Sama Menggiurkan

Karena itu, peristiwa pertempuran di Gunung Putri Lembang yang merupakan celah Ciater ini populer dengan sebutan Tjiater Stelling pada Perang Dunia II. Lokasi dimaksud adalah perbatasan Perkebunan Ciater selatan Subang dengan Hutan Jayagiri Cikole, Lembang, utara Bandung.

Pertempuran di Gunung Putri Lembang tersebut berakhir dengan kekalahan pasukan KNIL Hindia Belanda, dimana besoknya diikuti menyerahnya pemerintahan Hindia Belanda kepada Jepang, di Kalijati, Subang, pada 8 Maret 1942.

Momen tersebut, sekaligus menjadi sejarah berakhirnya pemerintahan kolonialisme Belanda, dimana bekas wilayahnya kini bernama Indonesia yang memerdekakan diri pasca menyerahnya Jepang pada Perang Dunia II pada Agustus 1945.

Baca Juga: WOW! Kejagung Sita 18 Kamar Apartamen di Jakarta Milik Tersangka Korupsi PT Asabri

Makam para tentara KNIL yang tewas pada Perang Dunia II di Subang, Maret 1942, dimakamkan di Ereveld Pandu Bandung, (di kanan ada tiang).
Makam para tentara KNIL yang tewas pada Perang Dunia II di Subang, Maret 1942, dimakamkan di Ereveld Pandu Bandung, (di kanan ada tiang). DeskJabar

Eksekusi massal

Namun tampaknya, peristiwa di Gunung Putri Lembang yang sebenarnya merupakan bagian sejarah penting Perang Dunia II ini, sudah terlupakan zaman.

Apalagi, masyarakat pada masa kini cenderung lebih menikmati keindahan pemandangan alamnya.

Tampaknya, secara umum, orang-orang pada masa kini akan sulit membayangkan, kalau pada lokasi wisata Gunung Putri Lembang ini dahulu menjadi tempat pertempuran brutal berlangsung sengit pada Perang Dunia II.

Serakan mayat maupun bau amis darah banyak tentara KNIL Belanda maupun Jepang, terdapat di Gunung Putri pada zaman perang puluhan tahun lalu. Bisa dibayangkan, pertempuran brutal di Gunung Putri Lembang ini mirip seperti film-film bertema Perang Pasifik pada Perang Dunia II.   

Berdasarkan catatan DeskJabar yang dikumpulkan dari catatan tentara KNIL yang lolos dari eksekusi oleh pihak Jepang yang tercatat di Nationaal Archief Belanda serta buku The Loss of Java yang ditulis PC Boer, serta Vaarwel, tot betere tijden! Yang ditulis JC Bijkerk, bahwa pertempuran di Gunung Putri pada 6 dan 7 Maret 1942 itu terjadi secara brutal.

Pertempuran tersebut merupakan perlawanan tempur terakhir, yang dilakukan pasukan KNIL Hindia Belanda terhadap serangan Jepang terhadap Hindia Belanda.

Di Gunung Putri Lembang ini juga terjadi eksekusi massal oleh pihak Jepang terhadap 72 orang tentara KNIL yang sudah menyerah.

Para jenazah tentara KNIL Belanda yang bertempur di Subang pada Perang Dunia II, termasuk pada pertempuran Tjiater Stelling di Gunung Putri Lembang, dimakamkan di Ereveld Pandu Bandung.

Obyek dilindungi

Asper Lembang Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Bandung Utara, Susanto kepada DeskJabar, menyebutkan, di kehutanan Lembang ini terdapat 3-4 bunker, merupakan peninggalan sejarah yang sangat penting dilindungi.

Menurut Susanto, sekarang, bunker di Gunung Putri Lembang dan tempat sekitarnya boleh dikatakan cukup aman dari ancaman pencurian. Sebab, sampai awal tahun 2000-an lalu, banyak besi-besinya dijarah oleh orang-orang yang memasuki kawasan ini.

Ia mengapresiasi masyarakat desa hutan yang kini ikut terlibat dalam wisata hutan di hutan Jayagiri Cikole Lembang ini, ikut antusias menjaga keamanan obyek-obyek bersejarah tersebut. (Kodar Solihat/DeskJabar) ***

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah