Wisata Budaya Atraktif, 300 Domba Adu Asal Garut dan Bandung Unjuk Jago di Arena Si Jalak Harupat

14 November 2022, 09:20 WIB
Jadi tujuan wisata budaya atraktif, 300 domba adu asal Kabupaten Garut dan Bandung menunjukkan aksinya di arena tanding Si Jalak Harupat, Soreang, Minggu 13 November 2022, /Feby Syarifah- DeskJabar/

DESKJABAR – Sebanyak 300 domba adu asal Kabupaten Garut dan wilayah Bandung Raya unjuk jago di arena Si Jalak Harupat, Minggu 13 November 2022.

Acara pertandingan domba adu asal Garut dan Bandung tersebut kontan menarik perhatian masyarakat sebagai objek wisata budaya yang atraktif.

Domba adu yang berasal dari 80 padepokan di wilayah Bandung dan juga Garut tersebut nampak gagah dan terawat.

Wisata budaya atraktif seperti pertandingan ketangkasan domba adu dari Garut dan Bandung tersebut sepatutnya dilestarikan.

Baca Juga: 2 Contoh LK 1.3 PPG Daljab 2022 Penentuan Penyebab Masalah, lengkap dengan tips, link PDF dan Ms Word

Sebab, tradisi warisan leluhur seperti ini sangat menarik perhatian tak hanya wisatawan dewasa tapi juga anak-anak.

Banyak dari mereka yang baru melihat atraksi budaya seperti itu secara langsung untuk pertama kalinya dan sangat antusias.

Kepala Desa Cilame –Kutawaringin, Alo Sobirin mengatakan, pertandingan adu domba yang dilaksanakan tersebut merupakan ajang latihan untuk menghadapi kontes-kontes besar.

“Di Si Jalak Harupat ini setiap minggu kedua, jadwal latihan. Alhamdulillah melihat antusiasme masyarakat, para pelestari dan pecinta seni ketangkasan domba garut sangat antusias,” ujarnya kepada DeskJabar ketika ditemui di arena Si Jalak Harupat, Minggu 13 November 2022.

Artinya, lanjut Alo, atraksi budaya ketangkasan yang ditunjukkan satwa ini bisa menjadi tujuan wisata warga dan juga pengunjung luar kota.

“Apalagi arena Si Jalak Harupat ini sekarang lagi rame. Berbagai event (Porprov-red.) ada di sini, jadi arena ini sangat bermanfaat lah bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya, karena di sini ada peserta dari Garut juga,” katanya menambahkan.

Alo menyebutkan bahwa jumlah peserta pada latihan tersebut ada 150 pasang atau 300 domba yang bertanding.

Dan ajang latihan tersebut sangat bermanfaat bagi domba adu, karena memberi kesempatan bagi satwa tersebut untuk berimprovisasi menghadapi lawan.

Baca Juga: Jadwal Semifinal Sepakbola Porprov Jabar 2022 Hari Ini, Penentuan Nasib Bandung, Purwakarta, Ciamis dan Bekasi

“Kalau latihan ini beda dengan kontes. Kontes itu sekali smack udah out, udah dihentikan. Kalau di latihan ini, diberi tiga kali kesempatan, ya namanya juga latihan. Supaya nantinya domba-domba ini pandai bertandingan di pamidangan,” ujar Alo menjelaskan.

Menurut pantauan DeskJabar, domba adu asal Bandung dan juga Garut ini memang sudah terlatih dan dipersiapkan dengan sangat baik oleh masing-masing padepokan.

Karena dari bobot tubuh, kondisi yang kekar, bulu yang terawat, tanduk yang besar dan kuat menunjukkan bahwa perawatan yang dilakukan terhadap satwa ini tidak main-main.

“Kriteria pemenang itu dombanya bagus tampilannya, terus bertandingnya sampai selesai. Kalau di tengah-tengah perjalanan, 10 teunggaran (serudukan-red.) sudah dihentikan wasit, maka tidak akan menang. ” ujar Alo menambahkan.

Sementara itu, menurut Eka dari Padepokan Putra Tunggal yang membawa 5 domba pada ajang latihan kemarin, sebelum bertanding mereka telah menyiapkan satwa tersebut dengan apik.

“Persiapannya, fisik harus kuat, dicukur, kesehatan harus bagus. Makanan yang diberikan itu siang ampas, malam jukut (rumput-red.) sama sampeu (singkong-red.),” ujarnya kepada DeskJabar.

Untuk membuat tampilan tanduk yang lebih bagus, kuat dan berkilau, mereka mengolesinya dengan minyak tertentu.

Baca Juga: Para Pemimpin Undangan G20 mulai Berdatangan ke Bali, Apa yang Dimaksud dengan G20, Ini Penjelasannya

“Harus sehat betul, siap tanding atau enggaknya harus sehat saja kalau mau dibawa ke lapang,” ujar Eka.

Usia domba yang boleh dan bisa diadu itu minimal harus berusia 2 hingga 3 tahun, di bawah usia tersebut tidak disarankan.

Pembagian level atau kelas domba adu juga dibedakan menurut berat badannya.

Kalau kelas C itu berat badannya 45-65 kg, kelas B berat badan 65-75 kg, sedangkan kelas A, berat badan 75 kg ke atas.

Pada pelatihan kemarin, Eka mengatakan bahwa padepokannya membawa 5 domba dari kelas yang berbeda.

“Ini kelas A, berat badannya 86 kg, ada juga ini yang kelas C timbangannya 63 kg, yang ini kelas B, timbangannya 72 kg,” tuturnya menjelaskan.

Wisata Budaya atraktif asal Jawa Barat ini memang potensial untuk menarik wisatawan dan menjadi kekayaan yang harus dilestarikan.

Atraksi seni adu domba asal Garut harus terus dilestarikan dan dilaksanakan baik di Garut sendiri, Bandung ataupun di wilayah lain, sebagai wisata budaya warisan nenek moyang terdahulu.***

 

 

 

Editor: Feby Syarifah

Sumber: Liputan

Tags

Terkini

Terpopuler