KASUS SUBANG TERUPDATE, Kejanggalan yang Bisa Berefek Domino, Anjas: Diduga Libatkan Orang yang Miliki Jabatan

18 Februari 2022, 17:47 WIB
Anjas mengungkapkan beberapa kejanggalan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang yang bisa berefek domino. /YouTube Anjas di Thailand/

DESKJABAR - Jumat ini, 18 Februari 2022, penyidikan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang dengan korban Tuti Suhartini (55) dan Amalia Mustika Ratu (23) alias Amel, tepat berjalan enam bulan.

Sejauh ini, tim penyidik Polda Jabar belum mengumumkan lagi perkembangan terbaru kasus Subang tersebut.

Staf pengajar di Thailand yang turut mengawal kasus Subang, Anjas, menilai kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang bukan kasus kriminal biasa atau kriminal murni.

Baca Juga: 4 Doa Ibu Agar Anak Saleh Saleha, Ustad Abdul Somad Ungkapkan Pula Waktu dan Adab Berdoa

Dalam video berjudul KASUS SUBANG SIAP DILIMPAHKAN DENGAN NAMA TSK INI ?? yang tayang di kanal YouTube Anjas di Thailand, Jumat, 18 Februari 2022, Anjas menyatakan, kasus Subang berhubungan dengan banyak hal yang efeknya bersifat domino.

"Kalau kasus Subang ini terungkap, akan terungkap juga kasus-kasus lain yang kemungkinan diduga akan melibatkan orang-orang yang memiliki jabatan," ucap Anjas.

Oleh karena itu, dengan tetap menjunjung tinggi azas praduga tak bersalah, Anjas mengungkapkan beberapa kejanggalan dalam kasus pembunuhan ibu dan anak di Kampung Ciseuti, Desa/Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat ini.

Di antaranya, tentang saksi yang berubah-ubah keterangannya, saksi yang sempat membawa Toyota Yaris -yaitu kendaraan pribadi Amel- tidak langsung ke kantor polisi, hingga isu nasi goreng di TKP.

"Sepertinya ada konsekuensi yang harus dibayar dan sepertinya akan menjadi efek domino," ucapnya. 

Baca Juga: 5 Amalan Memperlancar Rezeki Sesuai Sunnah Nabi Menurut Syekh Ali Jaber, Nomor 4 Kadang 'Tertinggal'

Selain itu, hal lain yang menjadi pertanyaan Anjas adalah sikap penyidik terhadap dua kali hasil autopsi jenazah Tuti Suhartini dan Amel. 

Anjas menyebutkan bahwa polisi mau memberikan data hasil autopsi pertama seperti apa saja.

Akan tetapi, di autopsi kedua, penyidik tidak menyampaikan apa hasil revisi dan juga tambahan yang dilakukan dr Sumy Hastry.

Anjas menjelaskan, bahwa pada saat dr Sumy Hastry berkomunikasi dengan pakar kriminologi UI, ada dua hal yang dilakukan dalam autopsinya yang berjarak sekitar sebulan setelah kejadian, yaitu memperbaiki waktu kematian dan menambahkan.

"Kita nggak tahu spesifiknya apa. Mengapa autopsi pertama dan kedua treatment-nya beda?" kata Anjas.

Pengecekan DNA pembanding

Selanjutnya mengenai pengecekan DNA pembanding. Anjas mempertanyakan apakah dari sekitar 100-an saksi yang diperiksa, semuanya sudah diambil DNA-nya?

Baca Juga: Susah Tidur? Mungkin Bukan Insomnia, Zaidul Akbar Sarankan Perbaiki 5 Hal Berikut Ini

"Karena kita kan butuh pembanding. Jika seandainya ditemukan beberapa DNA yang menjurus ke orang-orang tertentu, tapi kita tidak tahu ini punya siapa, lantas bagaimana untuk mengetahuinya harus ada pembandingnya. Apakah 100 saksi sudah diambil DNA-nya? Karena kita tidak punya data ini," tuturnya.

Anjas memperkirakan, ada beberapa DNA di lokasi kejadian yang belum berhasil diidentifikasi milik siapa karena memang ada puluhan DNA yang terdapat di lokasi kejadian.

"So it's something that really really important untuk kita tahu apakah DNA pembandingnya sudah lengkap," ujarnya.

Anjas juga menyebutkan rekening koran yang merupakan catatan transaksi dari tabungan Amel atau Yayasan Bina Prestasi Nasional, sebagai kejanggalan lain dalam kasus Subang.

Menurut dia, sekitar 2-3 bulan setelah kejadian Polres Subang sudah mendapatkan print out dari dua buku tabungan Amel. Tapi sampai sekarang tidak ada keterangan lebih lanjut. Tidak ada update-nya.

"Apakah ini berhubungan dengan orang-orang yang takutnya akan terlibat dengan kasus ini karena diduga ada hubungannya dengan yayasan?" ucap Anjas mempertanyakan.

Baca Juga: Tukar Kode Redeem FF 1 Menit yang Lalu 18 Februari 2022, Siap-siap Klaim Gun Skin FAMAS Demonic Grin FF

Ia pun berharap tim penyidik Polda Jabar diberikan kemudian untuk segera mengungkap siapakah para tersangkanya. Harapannya, pekerjaan enam bulan itu tidak menjadi sia-sia.

"Tidak hanya dibutuhkan masalah kompetensi, tapi juga integritas kejujuran dari penyidik untuk berani mengungkap siapakah pelakunya," kata Anjas.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: YouTube Anjas di Thailand

Tags

Terkini

Terpopuler