ADA BAHAYA DI KASUS SUBANG, Saksi Kunci Menghilang Kubu DANU Ultimatum Minta Polisi segera Amankan Saksi Kunci

12 Januari 2022, 12:15 WIB
Dalam rilisnya tersebut, polisi mengatakan bahwa pelaku pembunuh ibu dan anak di Subang berusia 30 tahun. /kolase

DESKJABAR- Ada saksi kunci kasus pembunuh ibu dan anak di Subang kini menghilang entah dimana rimbanya. Kubu Muhammad Ramdanu alias Danu pun sudah mengultimatum agar segera polisi mengamankan saksi tersebut.

Beberapa waktu lalu kubu Yosef dan Yoris sempat mencurgai Wahyu kepala sekolah SMK di Yayasan Bina Prestasi Nasional Subang milik Yosef. Diduga saksi ini mengetahui soal terjadinya kasus pembunuhan Subang yang menewaskan Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu alias Amel.

Bahkan Kuasa hukum Danu Achmad Taufan Soedirjo orang yang dicurigai kubu Yosef dan Yoris menyimpan informasi penting yang ada di Wahyu, bisa saja Wahyu saksi kunci dalam kasus pembunuh ibu dan anak di Subang.

Baca Juga: Kisah Horor Gibran Pendaki Gunung Guntur yang Tersesat Selama 6 Hari, Bertemu Dengan Mahluk Halus Menyeramkan

Baca Juga: WASPADA, Lebih Cepat Dari Delta, Puncak Penyebaran Virus Omicron akan Terjadi di Waktu Ini

Seperti dikutip dari Youtube Heri Susanto, yang menyebut pihak Yosef dan Yoris mencurigai Wahyu. "Dengan adanya tuduhan tuduhan yang mengarah ke Danu dan akhirnya sekarang semua sudah bisa di counter," ujar Ahmad Taufan dala kanal Youtube Heri Susanto.

Bahkan Taufan berharap polisi ambil langkah cepat untuk menjaga saksi Wahyu. Bila perlu diamankan karena bisa saja dari Wahyu akan terbongkar kasus pembunuh ibu dan anak di Subang ini.

"Saksi yang dicurigai Pa Rohman itu saya pastikan dia punya info kesaksian yang sangat bermanfaat sebagai petunjuk polisi untuk mengungkap kasus," ujarnya.

"Saya yakin ada kesaksian Wahyu atau ada yang diketahui Wahyu terkait masalah ini," ujarnya.

Sebelumnya penasehat hukum Yosef Hidayah dan Yoris Raja Amarullah, Rohman Hidayat mencurigai kepada Muhammad Ramdanu alias Danu. Namun kini nama lain juga dimunculkan yakni kepala seolah Wahyu.

 

Wahyu adalah kepala sekolah SMK milik Yayasan Bina Prestasi Nasional. Yayasan tersebut milik keluarga Yosef, Tuti dan Amel sebagai sekertaris dan bendahara yayasan, sedangkan Yoris ketua yayasan.

Menurut Rohman Hidayat, cukup aneh Wahyu yang mengundurkan diri dari kepala sekolah terjadi disaat Yosef dan Yoris kembali mengelola yayasan setelah lama berhenti akibat adanya kasus pembunuh ibu dan anak di Subang.

Baca Juga: TERBONGKAR, ALASAN Rohman Nekat Ungkap Borok Danu, Peringatan untuk Kuasa Hukum Achmad CS

"Saya mencurigai terhadap Pa Wahyu, kenapa mengundurkan diri dari posisi kepala sekolah. Padahal Pa Yosef dan Yoris sudah kembali mengelola yayasan tersebut," ujarnya.

Rohman pun menjelaskan kabar pengunduran diri Wahyu dari jabatan kepala seolah dengan alasan tidak jelas. Kami curiga ada apa sampai mengundurkan diri dengan tiba tiba," ujar Rohman Hidayat saat dihubungi Jumat 7 Januari 2021 malam.

Rohman menyebut Wahyu malah menghindar terus jangan jangan ada hubungan dengan kasus ini, tapi ini baru dugaan saja, tapi kalau dikaitkan siapa tahu ada rangkaiannya.

"Kalau dari rangkaian dan gelagat seperit ini kami menjadi menduga duga ada apa sebenarnya dengan Wahyu," ujarnya.

Sinkron dengan analisa Anjas

Analisa Anjas terbaru di kanal Anjas di Thailand yang tayan pada Selasa 11 Januari 2022 malam, Anjas menduga motif uang yang dimaksud di kasus Subang ini terkait dengan Yayasan Bina Prestasi Nasional.

Anjas mengatakan, analisa dugaan soal harta atau uang tersebut, berdasarkan bukti dan keterangan yang telah tersebar di media massa terkait kasus Subang.

Menurut Anjas, jejak digital dari data media, tim penyidik sudah minta bukti-bukti printout dari rekening korang milik almarhum Amel, karena untuk urusan keuangan di yayasan, meski Tuti Suhartini menjabat sebagai bendahara, namun untuk urusan operasional keuangan Amel yang menjalankannya.

Baca Juga: Cara yang Belum Diketahui, Kelihatannya Pandan Bisa Hilangkan Flek Hitam kata dr Zaidul Akbar

“Mengapa tim penyidik perlu bukti itu mungkin sebagai bagian dari motif itu,” ujar Anjas.

Menurutnya, awalnya hanya dugan internal yang menjadi motid kasus Subang namun dalam dua bulan terakhir melebar ke soal yayasan juga.

“Ada banyak hal yang tidak dikemukakan ke media, tapi ada beberapa anomali. Misal, hasil otopsi 1 pertama dikemukakan ke media tapi yang kedua tidak,” paparnya.

Demikian juga saat tim penyidik telah mendapatkan printout rekening Koran milik Amel, yang saat itu untuk membukanya saja harus dengan berbagai syarat.

“Apakah ada transaksi yang aneh atau mencurigakan, tapi tidak dipaparkan seperti apa. Apa karena ada data krusial sehingga polisi tidak mengemukakan ke media, atau bagi yang kontra ada transaksi yang mencuirigakan yang tidak masuk akal tapi tidak dilaporkan,” ujar Anjas.

Baca Juga: INILAH Komponen Kaki Kaki Mobil yang Harus Selalu Mendapat Perhatian Biar Nyaman dan Aman

Apalagi, TKP kasus Subang selain sebagai rumah tinggal juga digunakan sebagai kantor Yayasan Bina Prestasi Nasional.

Apakah ada yang sakit hati kepada mereka terkait dengan pengelolaan uang yang besar di masa pandemi ini, seperti dana BOS.Tapi semua itu tidak ada keterangan sampai sekarang apa hasilnya.

Apakah hal ini juga tersangkut sakit hati, apakah masalah asmara atau sakit hati behubungan dengan tidak fair dalam pembagian hasil?

Menurut Anjas, selama ini di kasus Subang publik sudah terjebak soal orang dekat. Namun, orang dekat yang dimaksud juga belum jelas apakah jelas secara fisik, emosional, atau dekat secara hati. Atau mungkin saja ada sakit hati lainnya.

Kalaupun di awal kasus Subang ada dugaan motif perampokan, bisa saja itu juga sebagai pengecoh, karena buktinya uang Rp 30 juta tidak hilang, dan hanya 3 HP milik Amel saja yang hilang.

Untuk menjawab ini semua, dibutuhkan alat bukti kuat, seperti dna, sidik jari, meski tubuh korban sudah bersih dari jejak sidik jari, tetapi seperti kata pakar Forensik Mabes Polri dr. Sumy Hastry, tidak ada kejahatan yang sempurna.***

 

 

 
Editor: Yedi Supriadi

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler