MENGEJUTKAN, Seorang Dosen Tidak Sependapat dengan Pernyataan Kompolnas Soal Pembunuhan Subang

16 Desember 2021, 07:21 WIB
Anjas menganalisis pernyataan Kompolnas terkait pembunuhan ibu dan anak di Subang /YouTube Anjas di Thailand/

 

 

DESKJABAR - Pernyataan mengejutkan datang dari seorang Dosen di Thailand Anjas yang tidak sependapat dengan pernyataan Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional atau Kompolnas Benny Mamoto bahwa di kasus pembunuhan Subang saksi yang diperiksa tim penyidik jumlahnya minim.

Ajas tidak sependapat dengan Benny Mamoto dari Kompolnas karena menurutnya hingga saat ini jumlah saksi yang sudah diperiksa tim penyidik dalam upaya pengungkapan kasus pembunuhan Subang sudah mencapai 55 saksi.

Mungkin yang dimaksud minim oleh Ketua Harian Kompolnas Benny Momota, menurut Anjas adalah jumlah saksi yang kredibel untuk mengungkap kasus pembunuhan Subang ini. Saksi yang keterangannya bisa mengarah kepada tersangka.

Baca Juga: KOMPOLNAS Bongkar Kasus Pembunuh Ibu dan Anak di Subang, Saat CCTV Dibuka Ternyata Begini

Baca Juga: INFO GEMPA BUMI HARI INI, BPBD Jember Jawa Timur Sisir Dampak Gempa Tadi Pagi

Anjas menjelaskan, di awal pengungkapan kasus pembunuhan Subang yang terjadi pada 18 Agustus 2021 dinihari, jumlah saksi yang diperiksa mencapai 25 orang hingga 30 Agustus 2021.

Karena kasus pembunuhan Subang ini masih belum juga bisa terungkap, maka polisi memanggil lagi saksi saksi baru, hingga saat ini jumlah saksi yang sudah diperiksa mencapai 55 orang.

Dikatakan Anjas, semakin banyak saksi diperiksa dan dilakukan berulang-ulang dikhawatirkan keterangan saksi tidak kredibel lagi.

Bisa saja ada saksi yang sudah di briefing atau saksi yang disuruh oleh orang-orang tertentu, untuk mengacaukan penyelidikan.

Pernyaatan Anjas tersebut muncul melalui kanal Youtube Anjas di Thailand yang tayang pada Selasa 14 Desember 2021.

Baca Juga: KABAR PERSIB HARI INI, Inilah Gelandang Bertahan Haus Gol Yang Dicemaskan Robert Alberts

Seperti diberitakan sebelumnya, saat ditanya wartawan soal pengungkapan kasus pembunuh Subang yang hingga bulan keempat bulum juga terungkap, Ketua Harian Kompolnas Benny Mamoto memaparkan banyak hal yang mengejutkan.

Menurut Benny Mamoto, saat menanyakan pengungkapan kasus pembunuh ibu dan anak di Subang kepada tim penyidik, ternyata mereka cukup mendapat kesulitan akibat minimya saksi dan bukti CCTV yang tidak mendukung.

Benny mengatakan, saat tim penyidik menggunakan bukti CCTV yang berhasil dikumpulkan tim penyidilk setelah dibuka ternyata belum bisa mengungkap identitas tersangka kasus pembunuhan Subang.

Mengenai bukti CCTV, Anjas mengatakan mengapa CCTV tidak bisa diandalkan dalam pengungkapan kasus pembunuhan Subang, sepertinya para pelaku yang terlibat di kasus ini sudah memiliki peta CCTV di wilayah TKP Jalancagak.

“Mungkin saja ada seseorang yang sudah menggambarkan peta di wilayah itu, mana CCTV yang tidak aktif dan mana yang aktif,” kata Anjas.

Baca Juga: KABAR PERSIB Hari Ini, Bobotoh Terpukau Melihat Rekam Jejak David da Silva Terutama Saat Membela Persebaya

“CCTV yang aktif justru yang jauh-jauh dar iTKP, sedangkan di tempat stratgeis mati, sehingga pelaku bisa pede melakukan aksinya,”  ucap Anjas.

Anjas mengatakan, kecil kemungkinan para pelaku menebak-nebak CCTV mana yang mati dan mana yang aktif yang ada di sekitar TKP.

Sebab, untuk mengetahuinya harus menanyakan langsung kepada pemiliknya mana yang aktif dan mana yang tidak.

Jadi, Anjas menduga ada orang yang sudah tahu peta wilayah CCTV di sekitar TKP yang membantu para pelaku untuk melakukan aksinya.

Adanya perhatian dari Kompolnas atas kasus pembunuhan Subang karena kasus yang terjadi pada 18 Agustus 2021 tersebut, sudah menjadi perhatian publik tidak saja di Jawa Barat tetapi juga nasional.

Pengungkapan kasus pembunuhan Subang, sepertinya sudah masuk ke dalam kategori kasus yang penting mengingat tidak saja mendapat perhatian masyarakat, tetapi juga Mabes Polri hingga perhatian dari Presiden.

Indikasi ini terlihat dari adanya perhatian dari Kompolnas, yang secara struktur lembaga ini berada di bawah tanggung jawab presiden. Ini menambah deretan adanya perhatian dari presiden, setelah kehadiran Badan intelijen Negara atau BIN.***

Editor: Ferry Indra Permana

Tags

Terkini

Terpopuler