Perang Rusia Ukraina, Zelensky Rilis Wilayah Donbas Hancur Total, Ia Pamerkan Kemeja Bordir

- 20 Mei 2022, 08:18 WIB
Presiden Volodymyr Zelensky dalam tangkapan layar dari video yang dia posting di Twitter untuk "Hari Vyshyvanka".
Presiden Volodymyr Zelensky dalam tangkapan layar dari video yang dia posting di Twitter untuk "Hari Vyshyvanka". /Twitter/@ZelenskyyUa/

DESKJABAR – Puing-puing bekas Perang Rusia Ukraina masih berserakan di Ukraina dan dalam waktu panjang baru bisa diperbaiki lagi.

Gencatan senjata pun telah diberlakukan pada Perang Rusia Ukraina, sehingga warga sipil bisa dengan leluasa dan aman untuk dievakuasi ke tempat-tempat baru dari tempat persembunyian di pabrik baja Azovstal.

Warga sipil di Ukraina sekarang tinggal pemulihan trauma pasca perang Rusia Ukraina.

Begitupun sanitasi dan penanganan medis perlu ditingkatkan usai perang Rusia Ukraina, karena begitu banyaknya korban yang menderita luka-luka.

Baca Juga: Perang Rusia Ukraina, Rusia Minta Kompensasi Pembayaran Listrik dari Ukraina

Penyelesaian masalah perlu satu persatu dilakukan pasca perang Rusia Ukraina.

Seperti dilansir DeskJabar.com dari laman straitstimes.com, menurut Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, Kamis (19 Mei), pasukan Rusia telah "benar-benar menghancurkan" kawasan industri Donbas, dan menuduh Moskow melakukan pemboman yang tidak masuk akal karena meningkatkan ofensifnya.

Zelensky juga menuduh pasukan Rusia berusaha membunuh sebanyak mungkin warga Ukraina dan melakukan kerusakan sebanyak mungkin, serta mengulangi tuduhannya bahwa Rusia melakukan genosida.

Ketika pasukan Ukraina berusaha membebaskan wilayah Kharkiv di sebelah timur Kyiv, menurut Zelensky, justru Rusia berusaha memberikan tekanan di daerah Donbas, yang terletak di bagian tenggara Ukraina.

Baca Juga: Rusia Ukraina, Kekhawatiran Baru di Mariupol karena Sanitasi Memburuk dan Kekurangan Tenaga Medis

"Ini adalah neraka di sana, dan itu tidak berlebihan," katanya dalam pidato video larut malam.

Zelensky menambahkan, sekitar 12 orang telah tewas dalam "pemboman brutal dan sama sekali tidak masuk akal" di Severodonetsk pada hari Kamis.

"Ada serangan terus-menerus di wilayah Odesa, di kota-kota di Ukraina tengah. Donbas benar-benar hancur," katanya.

"Ini adalah upaya yang disengaja dan kriminal untuk membunuh sebanyak mungkin warga Ukraina, menghancurkan sebanyak mungkin rumah, fasilitas sosial, dan perusahaan," kilah Zelensky.

Warga Ukraina pamerkan kemeja bordir untuk merayakan persatuan.

Sementara itu di bagian lain dilaporkan, warga Ukraina sempat mengenakan kemeja bordir warna-warni, Kamis (19 Mei), untuk perayaan tahunan. Tahun ini dipandang sebagai simbol persatuan nasional melawan invasi Rusia.

Baca Juga: Rusia Kirim Teror Udara Ke Inggris, Sinyal Perang Eropa Bisa Terjadi, Amerika Naikkan Anggaran Perang

Dikenal sebagai "vyshyvanka" (kostum nasional), dalam bentuk kemeja longgar, berwarna putih dengan pola geometris pada bordir, serta di sepanjang tepinya merupakan item pakaian sederhana, yang sangat disukai dan dikenakan untuk acara-acara khusus.

Presiden Volodymyr Zelensky memberikan selamat kepada warga Ukraina melalui media sosial, dan menyebutkan pakaian itu merupakan "jimat suci kami dalam perang ini" pada "Hari Vyshyvanka" itu.

Tampak Presiden mengenakan vyshyvanka hijau yang tidak biasa ia kenakan, serta mengingatkan pada warna gaya militer, yang telah ia kenakan sejak Rusia memulai serangannya pada bulan Februari.

Diperoleh keterangan, Etnodim, pengecer yang menjual kemeja yang dikenakan oleh Zelensky sempat mengatakan di Facebook, bahwa kemeja itu dimaksudkan untuk melambangkan "ketahanan dan kekuatan rakyat kita".

Menteri Kebudayaan, Oleksandr Tkachenko mengatakan, itu adalah "simbol kebebasan dan cinta untuk Ukraina" serta budaya yang menyatukan Ukraina.

Menurut Oleksandr Tkachenko, dengan mengenakan kemeja "vyshyvanka" diharapkan sebagai "pengingat bahwa kita semua bersatu dan terkonsolidasi tidak seperti sebelumnya.

Perayaan telah diadakan pada Kamis ketiga bulan Mei, sejak 2014 hingga sekarang, yakni ketika Rusia mencaplok semenanjung Krimea dari Ukraina, dan pemberontakan oleh separatis yang didukung Rusia dimulai di timur negara itu.

"Saya memakainya setiap tahun sejak 2014 hingga sekarang pada hari-hari libur resmi," kata Denys Tymoshenko (41), seorang guru di Kyiv.

"Tapi tahun ini berbeda, itu melambangkan solidaritas antara semua orang Ukraina - tentara, sukarelawan dan pengungsi di seluruh dunia," katanya.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Straits Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x