Media Utama dan Media Sosial Dituduh Telah Membungkam Suara Rakyat Palestina

- 14 Mei 2021, 10:49 WIB
ILUSTRASI Bangsa Palestina yang berjuang untuk merdeka dari pendudukan Israel.
ILUSTRASI Bangsa Palestina yang berjuang untuk merdeka dari pendudukan Israel. /Pixabay/Peggy und Marco Lachmann-Anke/

DESKJABAR – Koordinator Pendidikan dan Advokasi untuk Saksi Mata Palestina, Omar Zahzah menuduh bahwa media utama dan media sosial telah membungkam suara rakyat Palestina dan secara tidak langsung telah memperkuat penghapusan warga negara Palestina oleh Israel.

Hal itu dikemukakan Omar Zahzah dalam artikel terbarunya yang dimuat di Aljazeera, Jumat 14 Mei 2021.

Sayangnya, menurutnya, ketidakadilan ini tidak berubah sejak Said membuatnya menjadi sorotan, bahkan sekarang dinilainya jauh lebih buruk.

Baca Juga: Libur Lebaran 2021, Candi Prambanan Dibuka untuk Wisatawan

Pada tahun 1984, intelektual Amerika-Palestina dan Profesor Edward Said dari Universitas Columbia berpendapat bahwa orang Palestina tidak diberi "izin untuk menceritakan".

Lebih dari 30 tahun kemudian, pada tahun 2020, Maha Nassar, seorang Associate Professor Palestina-Amerika di Universitas Arizona, menganalisis artikel opini yang diterbitkan di dua surat kabar harian yakni The New York Times dan The Washington Post, dan dua majalah berita mingguan , The New Republic dan The Nation, selama periode 1970 hingga 2019.

Nassar menemukan bahwa Dewan editorial dan kolumnis tampaknya terlalu asyik membicarakan orang-orang Palestina, sering kali dengan cara yang merendahkan dan bahkan rasis .

Baca Juga: Museum HYBE Insight, Agar Kamu Bisa Kenal Lebih Dekat dengan BTS, TXT, dan Idola K-Pop Lain

“Namun entah bagaimana mereka tidak merasa perlu mendengar banyak dari orang Palestina sendiri," tutur Nassar.

Halaman:

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah