Tasik dan Nostalgia Bagian 10 (Tamat), Remaja pada Tahun 1970-an ke Kuliah Subuh di Masjid Agung Tasikmalaya

- 9 September 2022, 06:39 WIB
Pesantren terkenal di Tasikmalaya, Pesantren Cipasung
Pesantren terkenal di Tasikmalaya, Pesantren Cipasung /Web NU Online.com /

 

DESKJABAR – Kegiatan Ramadan yang paling khas di Kota Tasikmalaya pada tahun 1970-an hingga 1980-an adalah ngabeubeurang, ngabuburit sebelum buka puasa dan acara Kuliah Subuh selepas ibadah sahur.

Kegiatan ngabeubeurang di Kota Tasikmalaya biasanya dilakukan anak-anak dari mulai pukul 10.00 Wib hingga masuk shalat Dzuhur.

Anak-anak dengan riangnya memainkan bedil lodong atau bermain permainan tradisional.

Menjelang shalat Dzuhur anak-anak ini selesai bermain, mereka segera mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat di surau atau di masjid.

Selepas shalat jamaah di Masjid mereka membuka Al Qur'an untuk tadarusan bersama.

Baca Juga: Gempa Pangandaran Kamis 8 September 202, Ini Ayat-ayat Al Qur'an Menjelaskan Guncangan Bumi

WargaTasikmalaya memiliki tradisi ngabuburit dengan datang ke halaman Masjid Agung Tasikmalaya atau melihat pementasan Qasidah di halaman Kabupaten (alun-alun).

Di halaman Kabupaten Tasikmalaya setelah jam 14.00 siang banyak sekali warga Tasikmalaya yang sengaja datang ke sana untuk menunggu waktu buka puasa (ngabuburit).

Banyak pedagang makanan dan mainan anak-anak hingga petasan banting di jual para pedagang yang membuat suasana Ramadan lebih bergema di kota agamis ini.

Beberapa kelompok Qasidah yang sudah diundang dan terjadwal tampil secara bergiliran di panggung kabupaten.

Baca Juga: Ratu Elizabeth II Mangkat di Usia 96 Tahun, Inggris Berduka

Beberapa wargapun menyemut di bibir panggung untuk menyaksikan para pemain qasidah membawakan lagu-lagu bernafaskan Islam.

Selepas sahur banyak anak-anak muda, remaja datang ke Masjid Agung (Kaum) Tasikmalaya dengan jalan kaki, sebagian lagi memilih menggunakan sepeda.

Jalanan Kota Tasikmalaya yang lenggang pada dini hari mendadak jadi penuh sesak lautan warga Tasik yang datang ke Masjid Agung.

Beberapa anak laki-laki sering iseng menyalakan petasan dan melemparkannya ke kerumunan orang yang hendak kuliah subuh.

Baca Juga: Ada Sesuatu Mirip Lafadz Allah di Dinding tebing Objek Wisata Kubur Gua Londa Tana Toraja Sulawesi Selatan

Beberapa anak perempuan sontak menjerit karena kaget mendengar bunyi petasan.

Begitulah suasana Ramadan di Tasikmalaya pada paruh tahun 1970an.

Tasikmalaya, Kota agamis ini juga melahirkan banyak penceramah baik ustadz maupun ustadzah di tingkat nasional.

Dari kota terbesar di wilayah Priangan ini kegiatan ibadah senantiasa terus menggeliat sejalan dengan bergeraknya roda kehidupan.

Beberapa pesantren terkenal dibangun di Tasikmalaya seperti pesantren Cipasung, Pesantren Sukahideung, Pesantren Sukamanah Sukarame, Pesantren Cintawana.

Selain itu ada Pesantren Al Furqon Cikunten, Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda’wah Condong, Pesantren Darussalam Rajapolah, Pesantren Al Amin Kawalu dan masih banyak lagi.

Kehadiran pesantren ini membuktikan bahwa kota Tasikmalaya adalah kota agamis.***

TAMAT.

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x