"Nur!," panggil Widya, tapi sosok Nur seperti tidak mendengarkannya, ia masih berlenggak lenggok, sorot matanya beberapa kali melirik Widya, ngeri, tiba-tiba bulu kuduk terasa berdiri ketika memandangnya.
Dari jauh, terdengar sayup sayup, kendang terdengar lagi, Widya semakin dibuat takut.
Tabuhan gamelan sahut menyahut, campur aduk dengan tarian Nur yang seperti mengikuti alunan itu.
Kakinya seperti ingin lari dan melangkah masuk rumah, tapi Nur semakin menggila, ia masih menari dengan senyuman ganjil di bibirnya.
Sampai akhirnya Widya memaksa Nur menghentikan tariannya, ia berteriak meminta temannya agar berhenti bersikap aneh, dan saat itulah, wajah Nur berubah menjadi wajah yang sangat menakutkan.
Sorot matanya tajam, dengan mata nyaris hitam semua. Widya menjerit sejadi-jadinya.
Bersamaan dengan itu, seseorang memegang tangan Widya kuat sekali, Wahyu menggoyangkannya sembari memanggil namanya.
Widya baru sadar dan melihat Wahyu yang menatapnya dengan tatapan bingung plus takut.
"Bengi bengi lapo As* nari-nari gak jelas nang kene!!" (malam-malam ngapain anj*g!! nari sendirian di sini seorang diri)," tanya Wahyu.