Baca Juga: Kenangan 1980-an di SUMEDANG, Berburu Nomor Undian, MENJADI GILA, Tewas Sebagai Pencari Kodok
Fenomena artis
Dia mengaku tidak setuju jika fenomena ini dibunuh. Alasannya, jika membawa dampak positif, kata dia, itu merupakan sesuatu yang menggembirakan.
"Jangan dibunuh fenomenanya, kan rugi. Kalau menurut saya, fenomena ini juga kan ada nilai positifnya, bisa berimbas kepada sesuatu hal yang baik pula. Jadi sebetulnya, kurang tepat kalau menilai sesuatu hal dari satu sudut pandang literasi saja," beber dia.
Secara psikologi, kata dia, sah-sah saja, dimana fenomena ini jika disupport oleh masyarakat pada umumnya pun, hukumnya wajar-wajar saja, mengingat ini hanya permainan suggest. Apalagi jika membawa dampak positif untuk kebanyakan orang.
Misalnya, untuk ibu-ibu yang juga belum dikarunia anak dari pernikahannya yang sudah sekian lama. Atau juga, muda-mudi atau calon ibu yang di kemudian hari pasti mempunyai anak setelah pernikahannya.
"Maka, ini bisa dimanfaatkan sebagai implementasi latihan untuk para calon ibu yang belum mempunyai anak atau muda-mudi yang masih single. Kan engga ada salahnya," jelas dia.
Alasan dia, adalah sesuatu yang disebut kebermanfaatannya bisa mendukung aspek peningkatan ekonomi. Misalnya, karena fenomena ini, prodiktivitas pembuatan boneka meningkat.
Sehingga, katanya, bisa memperluas lapangan pekerjaan dan meminimalisir pengangguran. Ujungnya kan aspek ekonomi terdampak bagus.