Cita Citata : Perpustakaan Sekolah Jangan Mati Pada Zaman Gadget ! Hari Perpustakaan Sekolah Internasional

19 Oktober 2022, 09:12 WIB
Penyanyi asal Bandung, Cita Citata. /Instagram @cita_citata

DESKJABAR – Penyanyi asal Bandung, Jawa Barat, Cita Citata kini juga mengkampanyekan pentingnya perpustakaan sekolah bagi kemajuan generasi muda.

Cita Citata berharap agar perpustakaan sekolah jangan mati pada zaman gadget, dan kembali menjadi favorit para pelajar untuk mencari ilmu, berkaitan Hari Perpustakaan Sekolah Internasional.

Pada Instagram @cita_citata, diunggah Selasa, 18 Oktober 2022 malam, Cita Citata mengunggah tentang perpustakaan sekolah. 

Baca Juga: Cita Citata Ajak Membantu Pendidikan Bagi Hafiz Al Qur’an

Cita Citata menuliskan, jangan sampai perpustakaan sekolah mati, dan menunjukan manfaatnya walau pada zaman kini orang sudah ketergantungan gadget.

“Ngapain sih ke perpustakaan? Kan sudah ada gadget? Mau baca apa saja tinggal buka!

Coba deh jawab, kalau kalau lagi pegang gadget emang baca buku? Yah, aku juga sih jaraaaangggg banget baca buku di gadget. Kalau sekarang, buku jadi makanan sehari-hari.

Baca Juga: Cita Citata, Angkat Prinsip Berumah Tangga Orang Sunda, Rukun Sampai Akhir Hayat

Tapi ngomong-ngomong perpustakaan, jadi ingat sama perpustakaan sekolah waktu SMA dulu. Kalau ada tugas, baru deh ke perpustakaan. Kalau di Indonesia menurut sensus perpustakaan yang dilakukan pada 2018, jumlah perpustakaan di ada 164.610. Dari jumlah itu, ada 113.541 perpustakaan sekolah. Wah, banyak juga ya.

Semoga saja ya masih dijadikan tempat adik-adik kita untuk membuka cakrawala dunia. Sayang sekali buku-buku di perpustakaan yang bisa dijadikan pembelajaran.

Dengan perpustakaan, banyak kegiatan yang berhubungan dengan literasi dapat dilakukan. Tentunya, akan menambah wawasan masyarakat.

Baca Juga: Cita Citata Pakai Hijab, Netizen : Semoga Istiqomah. Wajah Mirip Yuni Shara ?

Aku hanya khwatir, perpustakaan sekolah hanya tinggal sejarah saja, atau hanya dijadikan tempat ketemuan sama gebetan.

Ngomongim gebetan, enak juga kalau punya pasangan yang punya kegemaran bersama membaca buku. Bisa saling sharing, diskusi dan debat. Kalau kamu bagaimana?

Berdasarkan catatan DeskJabar, pada tahun 1980-an, keberadaan perpustakaan sekolah menjadi tempat favorit anak-anak sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).

 Baca Juga: Ternyata Semangka Bisa Digunakan untuk Masak Saat Camping, Gadis Sukabumi Memberitahu Caranya

Kenangan manfaat

Ada kenangan, pada beberapa sekolah, apalagi sekolah elit, banyak pelajar memanfaatkan waktu jam istirahat dengan membaca aneka koleksi buku di perpustakaan sekolah.

Salah satu sekolah elit yang ada di Bandung pada tahun 1980-an, adalah SD-SMP-SMA PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) IKIP Bandung.

Pada perpustakaan sekolah tersebut, terbagi dua jenis perpustakaan, ada perpustakaan umum (berisi buku-buku umum dan pelajaran) dan perpustakaan reference (berisi buku-buku langka atau buku ekslusif).

Baca Juga: Perkebunan, Tanaman Teh Ditanam di Pekarangan Membuat Rumah Sejuk dan Banyak Air, Cocok di Bandung

Banyak pelajar SD dan SMP PPSP IKIP Bandung yang keranjingan membaca buku di perpustakaan sekolah, sehingga ruangannya selalu penuh ketika jam istirahat.

Namun ada sebagian diantara anak-anak yang tertarik dunia internasional, sehingga diizinkan oleh pihak sekolah membaca buku-buku langka dan ekslusif di ruangan perpustakaan reference.

Bahkan, cukup banyak anak sekolah yang semakin haus ilmu pengetahuan kemudian membaca aneka buku di perpustakaan umum kampus IKIP Bandung yang kini bernama UPI Bandung.

Baca Juga: Pantai Palabuhanratu, Sukabumi, Wisata Asyik Mancing Ikan di Tepi Pantai

Berbagai minat anak-anak sekolah tersebut, bahkan ada sejumlah yang besar minatnya kepada referensi majalah dan buku-buku terbitan Eropa, terutama soal kehidupan dan masyarakat dunia.

Kini ketika pada abad ke-21 sampai tahun 2022, sejumlah anak sekolah yang semasa keranjingan membaca buku ketika masih sekolah tahun 1980-an itu, sering dianggap “kamus berjalan” atau “Google berjalan,” oleh rekan-rekan seangkatan maupun kalangan muda.

Diantara sejumlah generasi eks tahun 1980-an itu, rata-rata bisa mencerna dan menjelaskan kepada orang-orang yang bertanya, tentang apa pengetahuan yang diperolehnya.

Mereka umumnya juga menjadi bisa membedakan pandangan orang-orang Eropa antara sesuatu bersifat sejarah atau ilmu betulan, dengan sesuatu yang bersifat menyebarkan opini dan "cuci otak". ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Instagram @cita_citata catatan pribadi

Tags

Terkini

Terpopuler