DESKJABAR – Rowo Bayu Banyuwangi mendadak beken. Apalagi setelah akun Instagram Menteri BUMN Erick Thohir (@erickthohir) mengunggah video wawancara dengan pengelola dan penjaga Rowo Bayu, Sudirman.
Kata Rowo Bayu Banyuwangi mendadak ramai dicari para netizen. Termasuk pencarian di google map.
Pencarian Rowo Bayu Banyuwangi yang menyangkut film bioskop terbaru KKN di Desa Penari mencapai penelusuran trending di google trends. Tidak biasanya.
Pencarian situs Rowo Bayu Banyuwangi yang dipakai praktek KKN di Desa Penari bukan saja melalui google maps, melainkan juga ada yang sengaja datang ke lokasi.
Pencarian daerah Rowo Bayu Banyuwangi yang disebut pada film KKN di Desa Penari, kadang lengkap dengan foto situsnya.
Untuk mengetahui kebenaran foto tersebut, yuk simak penjelasan penulis cerita yakni SimpleMan.
Seperti dilansir DeskJabar.com dari laman akun Twitter SimpleMan (@SimpleM81378523) menyebutkan, foto ini adalah foto Rowo Bayu yang sebenarnya bukan tempat yang saya ceritakan. Bukan.
"Foto ini saya ambil dari google atas saran narasumber yang ingin menggambarkan petilasan yang beliau ceritakan yang menyerupai Rowo Bayu ini, karena narsum pernah juga ketempat ini," kilah SimpleMan.
Orang-orang mulai menjadi detektif dadakan, "oke, ini kesalahan saya yang mungkin sangat fatal, dimana saya salah menanggapi narasumber, bahwa kesemuanya bila perlu, disamarkan saja, atau tidak usah ditulis untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," tulis SimpleMan.
Malah, awalnya narasumber berpesan, cerita ini tidak usah dipublikasikan saja, dan untuk pembelajaran pribadi.
"Semacam pengingat bahwa dimanapun saya berada, tolong, junjung tinggi tata krama, tapi, saya ngeyel, saya berpikir, pesan beliau ini kenapa tidak disampaikan ke khalayak," tukas SimpleMan.
Karena toh ada pelajaran yang bisa diambil dari cerita ini. Itu, yang membuat SimpleMan tetap nekat meminta ijin, agar cerita ini tetap diterbitkan tanpa keinginan cerita ini akan menjadi viral. "Serius, saya gak mikir ini sebelumnya," jelas SimpleMan.
Di sini, SimpleMan banyak sekali membaca komentar yang merujuk pada lokasi.
"Mohon maaf, saya sudah susah mencoba membuat semuanya samar, kemudian tetap saja dipublikasikan rujukan tempatnya, ya sudah, saya yang salah juga, saya lupa, bila semua sudah dilemparkan ke ranah publik," katanya.
Maka sudah bukan menjadi hak milik SimpleMan lagi, sudah banyak ratusan atau ribuan kepala yang akan mencoba memecahkan rujukan tempat ini.
Dari sekian komentar, ada yang ngawur, ada yang asal ngomong, ada yang mendekati dan bahkan, ada yg benar-benar tepat lokasinya.
Tetapi, SimpleMan tidak akan mengatakan ini lebih jauh atau membongkar tempatnya.
"Jadi buat yg mungkin merasa sudah tahu, sudah, diam saja ya, kita bisa saling menghormati kan seperti saya menghormati warga desa di sana yang saya yakin, semuanya orang baik," harap SimpleMan.
Untuk yang menyebarkan foto ngawur di luar sana, tolonglah, jangan!!
Toh foto yang kalian sebar tidak ada hubungannya sama cerita ini, SimpleMan benar-benar merasa tidak enak, dimana kalau SimpleMan ketemu beliau, jadi tidak nyaman. "Mohon kebijaksanaannya ya kawan-kawan semua".
Segitu saja sih unek-unek saya hari ini, kata SimpleMan, dan ia akan tetap menulis cerita dari pengalaman orang yang mau berbagi cerita dengan gaya penceritaan ulang yang SimpleMan buat.
"Urusan mau diterima atau tidak, saya kembalikan saja kepada pembaca. Gitu saja ya," ujar SimpleMan.***