Jika lebih banyak wisatawan ke luar negeri, bisa menjadi kebocoran devisa. Oleh karena itu, Kemenparekraf akan lebih berupaya untuk mendatangkan wisatawan mancanegara lebih banyak karena akan mendatangkan devisa.
"Wisnus ini penting, ibaratnya kantong kanan dan kantong kiri, terjadi pergerakan ekonomi antar kantong. Sementara, jika wisman itu ibaratnya kantong uang yang bertambah (devisa)," ujarnya dalam keterangan seperti dilansir laman resmi Kemenparekraf.
Baca Juga: Klub Mutiara Cardinal Bandung Raih 12 Gelar Juara di Kejurnas Bulu Tangkis Bandung Open II 2024
Dia menjelaskan, sektor pariwisata merupakan salah satu penopang perekonomian Indonesia dan menjadi penyumbang devisa utama.
"Oleh karena itu saya ingin sampaikan berliburlah di Indonesia, karena ketika kita berlibur ke luar negeri artinya devisa kita bocor, padahal kita perlu banget devisa. Kita perlu menambah devisa dengan meningkatkan wisman," katanya.
Tingkat Belanja
Nia menyebutkan wisnus memiliki tingkat belanja yang cukup tinggi ketika berlibur. Di antaranya 22,82 persen untuk akomodasi, 17, 69 persen untuk makanan dan minuman, 20,93 persen untuk angkutan, 9,33 persen di cendera mata, pengeluaran untuk belanja 8,24 persen, dan untuk jasa hiburan 7,28 persen.
Wisnus sudah mulai ada perubahan, jika dahulu menginap di rumah saudara karakteristiknya, sekarang tidak, mereka sudah menggunakan hotel. Selain itu, konsumsi makanan yang dahulu membawa bekal, kini mereka pergi ke resto atau tempat makan.
Wisnus dan wisman dapat meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB atau keduanya memiliki peranan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, pergerakan wisnus untuk pergerakan ekonomi sedangkan pergerakan wisman untuk meningkatkan devisa.***