Panen Kopi 2023 Jawa Barat Anjlok, Akibat Kelangkaan Pupuk Bersubsidi ke Perkebunan Rakyat

- 18 Mei 2023, 08:30 WIB
Panen kopi 2023 pada sejumlah perkebunan rakyat di Jawa Barat mengalami anjlok sampai 30 persen, sebagai dampak kelangkaan pupuk bersubsidi.
Panen kopi 2023 pada sejumlah perkebunan rakyat di Jawa Barat mengalami anjlok sampai 30 persen, sebagai dampak kelangkaan pupuk bersubsidi. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Panen kopi 2023 pada sejumlah perkebunan rakyat di Jawa Barat mengalami anjlok sampai 30 persen, sebagai dampak kelangkaan pupuk bersubsidi. Pada kondisi ini, harga kopi di Jawa Barat menjadi melambung, dimana suasananya menjelang panen raya kopi tahun 2023.

Informasi dari Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Jawa Barat, Rabu, 17 Mei 2023, musim panen kopi di Jawa Barat tahun 2023 mulai diperoleh pada sejumlah perkebunan sejak April dengan puncaknya pada Juni. Sebagian besar petani kopi mengeluh produksi menurun drastis alias anjlok sampai 30 persen dibandingkan tahun 2022.

Kondisi demikian, dialami pada sentra kopi Jawa Barat pada kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Pangandaran, Subang, Majalengka, Purwakarta, Cianjir, Sukabumi, Bogor, dan Karawang.

Bahkan, pada Mei 2023, penurunan panen kopi di Jawa Barat antara 20-50 persen. Bahkan, rendemen pun menurun 35-38 persen dibandingkan tahun lalu. Selain gangguan cuaca, lebih disebabkan tanaman kurang pemeliharaan karena kondisi pupuk bersubsidi sedang kurang baik. 

Baca Juga: Panen Cengkeh Jawa Barat 2023, Ini Gambaran Harga Mei, Bisnis Komoditas Perkebunan Tersebut

Gambaran situasi panen

Sekretaris Gapperindo Jawa Barat, Agus Sutirman, yang dimintai pendapat oleh DeskJabar, soal prediksi bakal anjloknya panen kopi Jawa Barat 2023, menilai, lebih banyak disebabkan faktor cuaca dan faktor pemeliharaan yang kurang optimal.

“Faktor yang ke-2 ini (pemeliharaan), seperti dikeluhkan petani adalah kelangkaan pupuk bersubsidi atau juga mahalnya harga pupuk. Ini membuat petani tidak mampu membeli dalam jumlah sesuai kebutuhan,” ujar Agus Sutirman.

Kondisi lain, disebutkan, faktor pemangkasan pohon kopi yang menurut anjuran teknis harus dilakukan secara bertahap untuk merangsang tumbuhnya tunas baru yang nantinya akan mendorong peningkatan buah kopi.

Faktor keterbatasan sumber air dan sarana pengairan di musim kemarau juga menjadi faktor penyebabnya. Kemudian faktor pohon naungan yang jarang terpikirkan oleh petani, sehingga pertumbuhan tanaman kurang optimal.

“Kurangnya pemeliharaan (pupuk) juga berdampak pada penurunan rendemen kopi, mungkin karena nutrisi yang diserap tanaman berkurang. Hal itu juga seperti yang dinyatakan petani bahwa terjadi penurunan rendemen sekitar 35-38% dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Agus Sutirman.

Baca Juga: Perkebunan Teh Rakyat di Kabupaten Bandung Direhabilitasi, Selamatkan Perekonomian Masyarakat Lokal

Gambaran penurunan panen kopi  

Gapperindo juga memberikan gambaran yang ditulis AS pada laman Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 17 Mei 2023, bahwa perkiraan penurunan produksi kopi :

Kabupaten Bandung (Ciwidey, Rasirjambu, Rancabali, arabika turun 35Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali: Arabika turun 35-50%), Kabupaten Bandung Barat (Gunung Halu, Burangrang Selatan, Batulonceng Lembang, arabika 30-70 persen), Kuningan (robusta turun 40-70 persen), Pangandaran (ribusta turun 70-80 persen), Tasikmalaya (Cakrabuana, Galunggung, Cigalontang, Cibalong, arabika dan robusta sama-sama turun 20-30 persen), Ciamis (Panawangan, Panumbangan, Rancah, arabika turun 20-30 persen, robusta turun 30-50 persen), Purwakarta (Wanayasa, Kiarapedes, arabika turun 20 persen, robusta turun 30 persen), Sukabumi (arabika turun 20 persen), Subang (Cisalak, arabika turun 20 persen), Sumedang (arabika dan robusta turun 40-60 persen), Karawang (Pangkala, robusta turun 30 persen). ***

   

 

 

 

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x