Begitu pula penerimaan pemesanan ke dan dari St. Petersburg, Rusia segera ditangguhkan.
Khusus komoditas kopi, disebutkan Rizal, sementara disimpan di gudang. Sebab, stok kopi Jawa Barat itu masih stok tahun 2021, kualitas Grade 1.
Baca Juga: Cianjur, Mengenang Keindahan Suasana Kehidupan di Perkebunan Teh Tahun 1980-an
Namun untuk dialihkan dijual dilempar ke pasar lokal, menurut Rizal, tidak masuk harga lokal. “Solusi sudah ditawarkan ke berapa negara lain seperti Eropa dan Timur Tengah,” ujar Samsul Rizal.
Walau demikian, dikatakan ada kondisi lain, soal turunnya ekspor biji kopi, karena masih langkanya kontainer dan harga freight yang masih melambung tinggi sekali, sehingga harga tersebut belum menutupi biaya produksi.
Sedangkan komoditas teh, disebutkan Rizal, misalnya dialami PT. Kabepe Chakra Jawa Barat, dimana 75 persen ekspor ke Jerman untuk memenuhi Unilever di Jerman. Akibat harga freight untuk fcl 40HQ mencapai USD 14.000 per container, sebelum pandemi Covid-19 harga freight fcl 40HQ USD 4.500.
Sementara itu, Sekretaris Gabungan Pengusaha Perkebunan Jawa Barat-Banten, Imron Rosyadi, mengatakan, mengutip informasi dari Dewan Teh Indonesia, sebelumnya sudah dikhawatirkan terjadinya sanksi perbankan terhadap bank Rusia.
Disebutkan, pembayaran dari Rusia adalah menggunakan mata uang dolar dan Euro. Ini dikhawatirkan akan terhambat, sehingga berpengaruh besar terhadap ekspor ke Rusia.
Namun negara produsen teh lainnya, disebutkan, misalnya pemerintah India sedang memikirkan pembayaran dilakukan dengan mata uang Rupee. Cara ini dapat merupakan by pass sistem perbankan internasional. ***