Perkebunan, Bisnis Karet Alam di PTPN VIII, Apakah Sunset atau Sustain ?

- 29 Desember 2021, 13:01 WIB
Populasi tanaman karet di Perkebunan Rajamandala, Kabupaten Bandung BaratJawa Barat
Populasi tanaman karet di Perkebunan Rajamandala, Kabupaten Bandung BaratJawa Barat /Kodar Solihat/DeskJabar

 

DESKJABAR – Perusahaan perkebunan negara PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) kembali memperoleh penghasilan bagus dari usaha karet alam.

Setelah sekian lama menyedihkan, bisnis karet alam dunia kembali bergairah, termasuk pula di Indonesia, baik perkebunan besar negara, swasta, dan rakyat.

Rata-rata perusahaan perkebunan yang mengusahakan komoditas karet, kembali memperoleh penghasilan bagus belakangan ini.

Di Jawa Barat, PTPN VIII masih mengusahakan komoditas karet, dengan luas areal 19.540,53 hektare dan tersebar di 13 unit kebun, diantaranya Cibungur (Sukabumi), Pasirbadak (Sukabumi), Cikaso (Sukabumi), Agrabinta (Cianjur), Cikumpay (Purwakarta), Jalupang (Subang), Wangunreja (Subang), Miramare (Garut), Bunisarilendra (Garut), Bagjanegara (Tasikmalaya), Batulawang (Cikupa), dan Cikupa (Cikupa).

Baca Juga: Perkebunan Karet Rakyat di Malangbong, Garut, Bergairah, Pendapatan Bagus Melalui Inovasi Integrasi Usaha

Areal-areal perkebunan karet PTPN VIII itu umumnya tersebar di Jawa Barat, dan dekat pesisir pantai. PTPN VIII yang merupakan salah satu badan usaha milik negara di bawah Holding BUMN Perkebunan mengusahakan teh, karet, sawit, dan kopi. 

Produk komoditi Karet PT. Perkebunan Nusantara VIII, diantaranya RSS (Ribbed Sdmoke Sheet), Crumb Rubber (SIR 10) dan lateks pekat, sedangkan untuk produk Crepe sudah tidak berproduksi lagi.

Ada gambaran peluang usaha karet alam masih akan bagus, melalui keterangan Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara, Edy Irwansyah, yang menjadi acuan kalangan di PTPN VIII.

Baca Juga: Getah Karet di Jawa Barat Sedang Menjadi Rebutan Para Bandar

Harga ekspor karet alam diprediksi menguat hingga akhir tahun 2021. Harga ekspor karet menguat akibat kekurangan bahan baku di tengah meningkatnya permintaan di pasar internasional.

"Harga ekspor karet SIR20 di Agustus misalnya rata-rata di kisaran USD1,73 per kg dan harga itu diprediksi bertahan bahkan bisa menguat lagi," ujar Edy.

Harga karet di Agustus yang sebesar USD1,73 per kg itu naik dari di posisi Juli yang masih sebesar USD1,63.

Bertahan mahalnya harga karet di pasar internasional, disebutkan, dampak kekurangan pasokan dari negara produsen di tengah permintaan yang cenderung meningkat meski masih ada pandemi Covid-19.

Baca Juga: PTPN VIII dan Polda Jawa Barat Bahas Pengamanan Areal Perkebunan dari Gangguan Usaha

Kekurangan pasokan itu sebagai dampak produksi karet alam yang berkurang karena faktor cuaca, ditambah adanya gangguan pengiriman akibat kekurangan kontainer.

Kurangnya kontainer itu sebagai dampak banyaknya pengiriman/ekspor setelah sebelumnya terganggu akibat pandemi Covid-19. “Penurunan harga diprediksi bertahan di angka USD1,70 an per kg," ujar Edy.

Ada pun menyangkut volume ekspor, Pada Bulan Agustus, ekspor diperkirakan lebih tinggi dari Juli. Prediksi adanya peningkatan itu karena banyaknya permintaan ditambah volume dari ekspor yang tertunda sebelumnya. ***

Editor: Sanny Abraham


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x