Pulihkan Ekonomi Nasional: Terendah dalam Sejarah, BI Turunkan Suku Bunga Kebijakan Jadi 3.5 Persen

- 4 Mei 2021, 14:41 WIB
Tangkapan layar - Gubernur BI Perry Warjiyo
Tangkapan layar - Gubernur BI Perry Warjiyo /Antara/Tangkapan layar Youtube BI/

DESKJABAR - Bank Indonesia (BI) telah melakukan berbagai kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi Nasional.  Antara lain melalui penurunan suku bunga kebijakan menjadi 3,5 persen yang merupakan tingkat suku bunga terendah sepanjang sejarah.

Hal itu dikatakan Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam Pertemuan ke-24 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 yang berlangsung secara virtual, Selasa 4 Mei 2021.

Gubernur BI dalam pernyataannya di Jakarta juga mengatakan kebijakan ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan keuangan di kawasan dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Baca Juga: Airlangga: Ekonomi Triwulan II-2021 Bisa Tumbuh 6,9 Persen-7,8 Persen

Selain itu, BI juga melakukan kebijakan quantitative easing untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar serta melakukan stabilisasi nilai tukar sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar.

"BI telah melakukan berbagai kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi antara lain melalui penurunan suku bunga kebijakan menjadi 3,5 persen yang merupakan tingkat suku bunga terendah sepanjang sejarah," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.

Menurut  Perry Warjiyo, untuk mendukung pemulihan ekonomi domestic, BI telah menerapkan berbagai kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan mendorong percepatan digitalisasi ekonomi dan pasar keuangan.

Sementara itu pertemuan yang ikut dihadiri Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati ini menyambut baik penguatan kerja sama keuangan yang dituangkan dalam Amandemen Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) yang mulai berlaku sejak 31 Maret 2021.

Penguatan kerja sama CMIM mencakup peningkatan porsi fasilitas CMIM IMF De-Linked Portion (IDLP) dari 30 persen menjadi 40 persen, dan pemberian fleksibilitas dalam pemanfaatan kerja sama CMIM dalam mata uang lokal dengan prinsip voluntary and demand driven.

Baca Juga: Humor Sueb Edisi Ramadhan: Umpan Mancing yang Hebat

Selain itu negara-negara anggota juga menyambut baik ditandatanganinya Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Agreement sebagai milestone pendorong perdagangan dan investasi di kawasan.

Negara-negara anggota mengharapkan agar perjanjian tersebut dapat segera berlaku efektif untuk semakin mendukung integrasi ekonomi kawasan.

Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh beberapa lembaga internasional, yaitu ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Dana Moneter Internasional (IMF), sebagai mitra ASEAN+3.

Kehadiran lembaga-lembaga tersebut dimaksudkan untuk memberikan pandangan mengenai kondisi ekonomi dan keuangan terkini, baik regional maupun global, serta memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat diambil untuk mengatasi dampak dari pandemi Covid-19.***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x