DESKJABAR – Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, merupakan salah satu lokasi yang dikenal menjadi lumbung pangan Jawa Barat.
Sebab, di Ujungjaya, memiliki areal tanaman padi alias yang paling luas di Sumedang. Sebutan sebagau lumbung pangan bagi kecamatan Ujungjaya kini lebih hidup dan nyata.
Fenomena tersebut, terjadi setelah di Ujungjaya kini dikenal sebagai salah satu pusat konservasi burung hantu Tyto alba, atau orang Sunda menyebutnya "manuk koreak" atau "manuk bueuk".
Adalah Desa Kudangwangi, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, yang kini menjadi contoh "desa burung hantu" untuk mengendalikan hama tikus, sekaligus mempelajarinya.
Baca Juga: Sejarah Impor Beras, Awal Mula Dikenal Beras Saigon, Dibawa Kapal SS Tjimahi, SEJARAH JAWA BARAT
Menurut Hikmat Sumantri, Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Madya Provinsi Jawa Barat, melalui keterangan tertulis diterima DeskJabar dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Kamis, 1 April 2021, mencontohkan terjadinya perubahan positif di Ujungjaya.
Para petani di Ujungjaya kini kembali bergairah mengusahakan tanaman padi, karena hama tikusnya mulai teratasi signifikan.
Disebutkan Hikmat, manfaat lain dari kegiatan konservasi burung hantu Tyto alba di Ujungjaya, yaitu sebagai sumber penyebaran teknologi ke daerah lain.
Baca Juga: Hama Tikus Menyerang di Jawa Barat, Burung Hantu Disebarkan untuk Memangsa
Sampai saat ini hampir setiap saat banyak yang magang baik dari kelompok tani sampai dengan badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak pada sektor perkebunan (tebu, kelapa sawit).
Kelompok tani lebih aktif dan membuka wahana untuk banyak belajar.
Perekonomian masyarakat lebih stabil dengan prosduksi pangan yang aman dari gangguan organisme pegganggu tumbuhan (OPT) serta tumbuhnya perekonomian di sektor off farm.
Para petani pun menjadi lebih yakin terhadap efektivitas musuh alami. Terjaganya lingkungan dan pelaksanaan pengendalian yang lebih ramah lingkungan
Baca Juga: Panen Perdana Padi Gogo Perluasan Tanam di Jawa Barat, Peroleh Hasil Memuaskan di Selatan Cianjur
Awalnya
Menurut Hikmat, berawal dari study kasus yang dilaksanakan di Wilayah Gapoktan Mekarwangi, Desa Kudangwangi, dijumpai sejumlah bangkai tikus yang terbunuh dengan disisakan sebagian anggota badannya berserakan di sebuah lokasi kebun masyarakat.
Lokasi bersangkutan dikenal merupakan tempat berkumpulnya populasi burung hantu Tyto alba.
“Untuk meyakinkan bahwa bangkai populasi tikus tersebut dibunuh oleh burung hantu Tyto alba, kami bersama petani mengadakan studi sederhana mempelajari bioekologi burung Tyto alba sebagai predator. Serta, mempelajari biologi tikus sebagai binatang yang dimangsanya mulai dari infestigasi keberadaan populasi, aktivitas hidupnya,” ujar Hikmat Sumantri.
Upaya para petani dalam pengendalian hama tikus sudah dilaksanakan dengan cara pengumpanan memakai racun. Juga gerakan pengendalian dengan geropyokan yang lama-lama membosankan karena hasilnya kurang memuaskan.
Baca Juga: Anggota DPR RI Terperangah Ada Petani 73 Tahun Kawin 31 Kali, Dedi Mulyadi: Saya Kalah oleh Petani
Upaya lainnya dengan memasang strum pakai jenset setiap malam areal blok sawah dikelilingi kabel strum yang beresiko, bahkan pernah kejadian sampai merenggut nyawa operator.
Disebutkan Hikmat Sumantri, dahulu usaha tani padi sebelum para petani melaksanakan kegiatan pelestarian burung hantu Tyto alba di Ujungjaya sebelum Tahun 2014 setiap musim selalu mendapat gangguan serangan tikus.
Bahkan, katanya, salah satu desa di Ujungjaya, yaitu Desa Kudangwangi dijuluki “babakan beurit”. Sebab, dikenal sangat banyak tikusnya, yang menjadi hama kronis yang meranggas tanaman padi.
Akibat masalah tersebut banyak petani yang mengeluh bahkan banyak lahan sawah yang kontrakan ke orang lain. Bahkan usaha tani padi dikatakan kurang menarik, karena selalu ada gangguan hama tikus. ***