Mata Uang Beresiko Kini Banyak Diminati Investor

- 28 November 2020, 08:51 WIB
Karyawan melayani pembelian uang dolar Amerika Serikat (AS) di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Jumat (20/11/2020). Nilai tukar rupiah melemah 10 poin (0,07 persen) terhadap mata uang Negeri Paman Sam tersebut dan ditutup pada level Rp14.165 per dolar AS. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/wsj.
Karyawan melayani pembelian uang dolar Amerika Serikat (AS) di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Jumat (20/11/2020). Nilai tukar rupiah melemah 10 poin (0,07 persen) terhadap mata uang Negeri Paman Sam tersebut dan ditutup pada level Rp14.165 per dolar AS. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/wsj. /PUSPA PERWITASARI/ANTARA FOTO

DESKJABAR - 

Sejumlah mata uang beresiko, kini malah banyak dicari investor. Kondisi demikian terjadi setelah mata uang dolar AS jatuh ke level terendah hampir tiga bulan pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu pagi Waktu Indonesia Barat. 

Kondisi demikian, terjadi setelah data ekonomi yang kuat dari China mendorong investor menuju mata uang berisiko dan pasar ekuitas memperpanjang reli mereka.

Kini banyak investor malah mencari atau meminati mata uang beresiko, seperti Dolar Kanada, Dolar Selandia Baru, Dolar Australia, dll. 

Secara umum, Dolar telah jatuh lebih dari dua persen terhadap sekeranjang mata uang lainnya sepanjang bulan ini. Setelah kemenangan pemilihan Presiden Demokrat AS Joe Biden dan kemajuan positif vaksin Covid-19, mengurangi permintaan akan tempat berlindung yang aman.

Dolar Selandia Baru mencapai level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun, sementara dolar Australia mencapai level September setelah data menunjukkan laba Oktober di perusahaan-perusahaan industri China tumbuh pada laju tercepat sejak awal 2017.

Pound Inggris turun terhadap euro karena Uni Eropa dan Inggris mengatakan perbedaan substansial tetap ada selama kesepakatan perdagangan Brexit ketika kepala negosiator UE bersiap untuk melakukan perjalanan ke London dalam upaya terakhir menghindari akhir yang penuh gejolak dari krisis Brexit lima tahun.

Bersama dengan data dan berita utama Brexit, Erik Bregar, kepala strategi valas di Exchange Bank of Canada di Toronto, mengaitkan penjualan dolar AS akhir bulan karena investor menyeimbangkan portofolio setelah keuntungan bulanan yang solid untuk ekuitas.

"Ada pembicaraan sepanjang minggu bahwa dolar AS akan mengalami gelombang penjualan memasuki Senin (30/11/2020)," kata Bregar, dikutip Antara, Sabtu, 28 November 2020.

Baca Juga: Pilpres Amerika; Harga Emas Melambung 50,6 Dolar AS, Menjelang Kemenangan Joe Biden

Dampak China

Tetapi dengan banyak pedagang AS yang masih berlibur sehari setelah libur Thanksgiving pada Kamis (26/11/2020), Bipan Rai, kepala Strategi Valas Amerika Utara di CIBC Capital Markets, mengatakan volume perdagangan yang lebih tipis kemungkinan melebih-lebihkan pergerakan dolar.

"Ini dimulai dengan data keuntungan industri yang mengesankan di China dan itu diterjemahkan ke dalam latar belakang yang sangat tidak merata untuk likuiditas di zona waktu Amerika Utara," kata Rai.

Namun, “dalam jangka panjang ini mungkin tren yang tepat untuk dolar. Kami pikir dolar memiliki ruang lebih lanjut untuk sisi penurunannya,” tambahnya.

Indeks Wall Street naik, dengan Nasdaq ditutup pada rekor tertinggi, dalam sesi diperpendek pada Jumat (27/11/2020), saat pengecer memulai musim belanja akhir tahun dan rawat inap COVID-19 mencapai rekor.

Dolar terakhir turun 0,24 persen terhadap sekeranjang mata uang utama setelah mencapai 91,756, terendah sejak 1 September, tetapi tidak sempat mencapai terendah September di 91,737, yang terakhir dicapai pada April 2018.

Dolar Australia - dilihat sebagai proxy untuk risiko bersama dengan mata uang komoditas lainnya seperti Kiwi dan dolar Kanada - menguat 0,41 persen.

Dolar AS terakhir turun 0,23 persen terhadap dolar Kanada, sementara Kiwi naik 0,21 persen terhadap greenback. Sterling turun 0,45 persen terhadap dolar dan euro naik 0,78 persen terhadap mata uang Inggris. ***

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x