Kota Bogor Sabet Piala Adipura, Begini Kata Aktivis Lingkungan dan Satgas Naturalisasi Ciliwung, Suparno Jumar

7 Maret 2024, 08:00 WIB
Wali Kota Bogor, Bima Arya saat membawa arak - arakan Piala Adipura keliling kota Bogor beberapa waktu lalu /Instagram @bimaaryasugiarto/

DESKJABAR - Kota Bogor sabet Piala Adipura dua kali berturut - turut dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Penghargaan Adipura Tahun 2023 diterima pada Selasa, dan langsung di arak keliling kota Bogor.

Piala Adipura merupakan penghargaan tertinggi dibidang lingkungan hidup, kebersihan dan pengolahan sampah yang diberikan Kementerilan LHK.

Aktivis lingkungan kota Bogor sekaligus Satgas Naturalisasi Ciliwung, Suparno Jumar mengatakan, bahwa diraihnya Adipura merupakan bukti nyata kerja keras dan kolaborasi seluruh elemen masyarakat kota Bogor.

Baca Juga: PIALA ADIPURA akan Diarak Keliling Kota Bogor Libatkan 1.000 Petugas Kebersihan, Lalu Lintas Dialihkan !

Menurut Suparno penghargaan Adipura ini merupakan pelecut bagi Pemekot Bogor untuk lebih serius lagi dalam penanganan dan pengelolaan sampah.

Penyediaan sarana dan parasarana pengangkutan sampah dari mulai sampah rumah tangga ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampai kepada Tempat Pembuangan Akhir (TPS) harus mendapat perhatian yang lebih serius lagi.

Edukasi Masyarakat   

Dan yang tidak kalah pentingnya yaitu edukasi kepada masyarakat, disampaikan secara langsung oleh petugas, ASN, tokoh masyarakat, tokoh agama, kader pos yandu sekaligus memberikan contoh.

"Pengelolaan sampah seperti halnya jenjang pendidikan, ada pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi," ujar Suparno.

Baca Juga: Kota Bogor Raih Kembali PIALA ADIPURA dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Tahun 2024

Pemilahan Sampah Organik dan Non Organik  

Kemudian Suparno juga berharap kepada Pemkot Bogor, dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kota Bogor dapat mendorong dan mengedukasi masyarakat yakni, Rumah tangga, Sekolah, Kantor, Kampus, Pasar Tradisional/Modern, pusat perbelanjaan, rumah sakit, lokasi wisata dapat memilah sampah organik dengan non organik dan residu.

"Pengelolaan sampah organik dapat dilakukan secara mandiri baik individu mapun kelompok, melalui lubang biopori, komposter, pakan ternak, biokonversi Maggot (BSF).

Selanjutnya menurut Suparno di bagian menengah pada sektor pengangkutan dari sumber sampah ke TPS. petugas pengangkut sampah juga harus disiplin tetap memilah sampah organik dan non organik jangan dicampur.

Dibeberapa tempat dapat dijumpai petugas pengangkut sampah ke TPS bekerja seakan semau gue, itu karena dari sisi mental kurang baik, selain itu juga faktor lain yakni upah yang diterima setiap bulannya jauh dari kata standard.

Baca Juga: Wali Kota Bogor Melantik Jajaran Direksi Pasar Pakuan Jaya, Bima Arya: Tuntaskan Proses Relokasi Pasar

Lalu yang harus diperhatikan juga adalah lokasi transit sampah (TPS) yang di desain dan dioperasikan jauh dari kesan jorok, bau serta menjijikan dan secara transportasi pengangkutan sampah dari TPS ke TPA ini juga harus berjalan dengan baik.

Dan kemudian Suparno juga memberikan sebuah ilustrasi pengelolaan sampah dari sebuah kantor di kota Bogor sebagai berikut :

jika semua perkantoran pemerintah maupun swasta, dan semua lembaga serta tempat oyek wisata, rumah sakit dan lain sebagianya dapat mengelola sampah secara baik dan benar, maka tidak menutup kemungkinan penghargaan Adipura Kencana dapat disabet oleh kota Bogor.***       

Editor: Agus Sopyan

Sumber: Wawancara

Tags

Terkini

Terpopuler