Dua hari disana akhirnya para pendaki sampai di Kawah Mati. Saat itu hujan deras sekali, karena kelaparan, mereka memasak makanan.
Saat mereka memasak, terdengar ada suara-suara yang memanggil nama mereka. Jika difikir secara logika, mana ada yang hafal nama mereka di Gunung terpencil.
Tak lama darisitu ada suara lagi (dalam bahasa Sunda) PAEH! PAEH! PAEH! (Mati.. Mati.. Mati..)
Karena kondisi sudah mulai tidak kondusif akhirnya dalam keadaan hujan para pendaki nekad melanjutkan perjalanan.
Singkat cerita dihari kedua, salah satu pendaki ada yang menangis saking tidak kuatnya berada disana. Tetapi yang lainnya tetap sesumbar bahkan hampir berkelahi.
Dihari ketiga saat para pendaki menyusuri jalan untuk pulang, ada seorang nenek yang menghentikan mereka.
Seorang nenek tua bongkok tapi lantang dan kencang suaranya, suara banyak orang tapi dari satu mulut, "arek kamana sia?" (Mau pada kemana kalian?) kata si nenek.
Baca Juga: MENGEJUTKAN, Ternyata Saksi Kunci Kasus Subang Bukan Yosef, Yoris, atau Danu, Melainkan Sosok Ini
"Pulang Nek, abis mendaki", jawab Kuncen. "Moal, moal bisa! (Ga bisa!) timpal si Nenek. Darisana para pendaki masih sempat sesumbar bahwa mereka masih bisa pulang.