Pemprov Jawa Barat Merekrut Lebih Banyak Petani Milenial Tahun 2023, Pertanian Menarik Kalangan Muda

5 Desember 2022, 19:13 WIB
Bimbingan Teknis Petani Milenial Jawa Barat, di Hotel Trans Studio Bandung, Senin, 5 November 2022. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Pemprov Jawa Barat akan merekrut lebih banyak petani milenial pada tahun 2023, untuk pertanian berkelanjutan dan usaha yang menarik bagi kalangan muda.

Adalah lanjutan Bimbingan Teknis Petani Milenial Jawa Barat akhir tahun 2022, yang diikuti 1.388 petani milenial Jawa Barat.

Tampak para petani milenial itu antusias mengikuti bimbintan teknis tersebut. Jumlah terbanyak berasal dari Kabupaten Garut.

Baca Juga: Ketersediaan Beras Melimpah, KTNA, Perhiptani, dan FKP4S Tolak Impor Beras, Pertanian

Menurut Kepala Biro Perekonomian Pemprov Jawa Barat, Umad Muhammad, di Bandung, Senin, 5 Desember 2022 mengatakan, bahwa pada tahun 2023 akan direkrut petani milenial sekitar 3.000-an orang.

Sebab, katanya, target Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil adalah menghasilkan 5.000-an petani milenial.

Pada saat ini, ada 1.388 orang petani milenial Jawa Barat sedang mengikuti Bimbingan Teknis Petani Milenial akhir tahun 2022, di Hotel Trans Studio Bandung.

Baca Juga: Jawa Barat Jadikan Pertanian Kekuatan Ekonomi Hadapi Tahun 2023, Petani Milenial Digenjot

Pada tahun 2023 pula, kata Umah Muhammad, bahwa para petani milenial sudah dilakukan penguatan dari berbagai aspek, sehingga benar-benar menghasilkan yang serba unggul.

“Sedangkan tahun 2024, sudah dihasilkan kemandirian para petani milenial itu,” ujar Umad Muhammad.

Pada bimbingan teknis petani milenial tersebut, dilakukan kolaborasi antara Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat dengan Dinas Perundustrian dan Perdagangan Jawa Barat.

Baca Juga: Pertanian, Budidaya Mangga Jawa Barat, Mesin Pembasmi Lalat Buah Dibuat di Karawang Dukung Pemasaran

Kolaborasi tersebut tampaknya juga menjawab menjawab tantangan klasik aspek usaha tani selama ini, yaitu pemasaran.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Dadan Hidayat mengatakan, bahwa para petani milenial diarahkan usaha yang berhasil, mulai produksi, inovasi, permodalan, sampai pemasaran.

Disebutkan, bahwa orientasi usaha petani milenial merupakan terobosan secara inovatif, dengan menggunakan teknologi digital yang disesuaikan kebutuhan usaha masa kini.

Baca Juga: Anggur Lonjong Oleh-Oleh Khas Bandung, Wisata Pertanian, Dimana Bisa Membeli ?

"Program petani milenial ini diharapkan dapat pula mengubah wajah pertanian Jawa Barat menjadi segar. Tujuannya, agar pertanian di Jawa Barat lebih maju, mandiri, dan modern, sekaligus mengurangi problem ketersediaan tenaga kerja pertanian di Jawa Barat," ujar Dadan Hidayat.

Disebutkan pula oleh Dadan Hidayat, sesuai pesan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, bahwa masyarakat Provinsi Jawa Barat jangan sampai mengalami krisis pangan, lahan menganggur, dan kekurangan petani.

Melalui Program Petani Milenial, kata Dadan Hidayat, diharapkan mampu menjawab tantangan masa depan Jawa Barat terkait pangan, usaha pertanian, dan lapangan kerja di perdesaan.

Baca Juga: Gelembung Ikan, KKP : Harga Bisa Mencapai Rp 50 Juta Per Kg, Peluang Usaha Perikanan   

 

Diskusi

Sementara itu, pada sesi diskusi, sejumlah petani milenial pun juga melontarkan apa yang ingin mereka lebih maju pada usaha tani.

Wawan asal Limbangan, mengatakan, selama ini petani sering kesulitan akses pasar. Ia sehari-harinya menjadi bandar jagung, di Limbangan, Garut.

Salah satu hal bahan diskusi, adalah soal harga jagung yang dinilai belum memuaskan.

Baca Juga: Pertanian, Mangga Sumedang Bersiap Ekspor ke Jepang, KBRI Tokyo Hubungkan Akses Pasar

Wawan dan teman-temannya, bersama sejumlah bandar jagung, ingin memajukan agribisnis komoditas ini.

Niatnya ingin menciptakan harga jagung lebih baik, karena selama ini terbentur harga pupuk yang mahal.

Ada juga yang bertanya, bahwa selama ini harga komoditas pertanian maupun benih, selama ini dikontrol oleh konspirasi.

Baca Juga: Republik Lele Berdiri di Kediri, Hidupnya dari Usaha Perikanan Budidaya Lele

Petani asal Tasikmalaya, Heri, mengatakan, salah satu penyebab harga komoditas jagung di Jawa Barat sulit membaik, sering mengalami gempuran harga murah produk luar, misalnya Lampung, Jawa Tengah, Kediri, bahkan impor dari Cina.

Menjawab diskusi tersebut, Umad Muhammad mengatakan, bahwa pada saat ini komoditas sedang menjadi perhatian Kementerian Pertanian, karena kebutuhan pasar tinggi.

Yang menjadi persoalan, kata Umad, bahwa jagung belum ada HPP (harga pokok penjualan), belum seperti komoditas padi dan beras.

Baca Juga: Peluang Usaha, Hewan Kelabang Alias Lipan Laku Dijual Ekspor, Keuntungan Fantastis, Kata Kementerian Pertanian

Disebutkan, salah satu kuncinya adalah inovasi menekan biaya produksi, yaitu produksi pupuk mandiri.

Diketahui, bahwa para petani jagung bisanya tidak menggunakan pupuk bersubsidi.

Tetapi, terindikasi bahwa di Jawa Timur dan Jawa Tengah, para petani jagung memproduksi dan menggunakan pupuk mandiri dari pupuk organik.

“Nah, di Jawa Barat ini, menjadi tantangan bagi para petani milenial, untuk menciptakan produksi pertanian lebih efisien, sehingga margin keuntungan lebih baik,” kata Umad. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler