"Film-film keenam sutradara era Sinema Baru Jerman tersebut dapat ditonton secara gratis sampai 31 Desember 2021," kata Ryan Rinaldy, Public Relations Manager Goethe-Institut Jakarta.
Baca Juga: Rumah Singgah Sehat di Cibiru Bandung, Untuk Warga Sehat yang Anggota Keluarganya Kena Covid-19
Ryan Rinaldi menjelaskan, Sinema Baru Jerman adalah satu gerakan sekaligus semangat untuk menyegarkan cara bercerita pada era 1960-an hingga 1980-an.
Gerakan tersebut berangkat dari ketidakpuasan sekelompok sutradara muda atas arah perkembangan aspek artistik dan sosial politik perfilman Jerman pada periode itu.
Sejak 2012, Goethe-Institut Indonesien memutar beragam film cerita dan dokumenter dari Jerman dan Indonesia dalam rangka program Arthouse Cinema, yang rutin berlangsung di GoetheHaus Jakarta.
Program tahun ini menyajikan film-film cerita yang diseleksi oleh kurator tamu untuk Arthouse Cinema 2020-2021, yaitu Anggraeni Widhiasih (kurator, penulis, seniman, dan anggota aktif Forum Lenteng).
Film-film yang diseleksi untuk program ini merupakan karya para pembuat film yang turut memelopori kelahiran Gerakan Sinema Baru Jerman pada periode setelah 1960-an sampai dekade sebelum reunifikasi Jerman. Ini merupakan periode dalam sejarah Jerman yang terkait erat dengan situasi seusai Perang Dunia II.
Baca Juga: Konflik Indonesia-Malaysia Berakhir 11 Agustus 1966, Adam Malik Tanda Tangan, Soeharto Menyaksikan
Dalam catatan kuratorialnya, Anggraeni menyatakan bahwa pada masa itu, terdapat peristiwa-peristiwa di masa lalu yang tak banyak dibicarakan langsung oleh orang Jerman sendiri.
"Peristiwa-peristiwa itu telah menjadi masa lalu, namun pada saat yang sama mereka belum usai dibahas dan terus memengaruhi tatanan masyarakat Jerman," ujarnya.