Sepuluh Film Era Sinema Baru Jerman dengan Subtitle Bahasa Indonesia, Cek Tautannya di Sini

14 Agustus 2021, 06:45 WIB
Ilustrasi Arthouse Cinema. /Goethe Institute Indonesien/

DESKJABAR - Kabar gembira bagi Anda penggemar film yang hendak menyaksikan film Jerman, Arthouse Cinema 2021 menayangkan sepuluh film Jerman karya enam sutradara generasi Sinema Baru Jerman (New German Cinema).

Semua film tersebut dilengkapi teks terjemahan bahasa Indonesia dan dapat Anda tonton secara daring melalui platform baru Goethe-Institut: Goethe-On-Demand.

"Akibat situasi pandemi, kami mengalihkan Arthouse Cinema ke video on demand," kata Dr. Ingo Schöningh, Kepala Bagian Program Budaya Goethe-Institut Indonesien.

Melalui pernyataan tertulis yang diterima DeskJabar, Jumat, 13 Agustus 2021, Ingo Schöningh berharap, akan lebih banyak penggemar film di luar Jakarta yang dapat mengakses film Jerman melalui platform baru tersebut.

Baca Juga: Jadwal dan Lokasi SIM Keliling Bandung Hari Ini Sabtu 14 Agustus 2021, Besok Tidak Beroperasi

Cara untuk menontoh film tersebut cukup dengan mendaftar melalui link atau tautan: arthousecinema.goethe-on-demand.de .

Setelah terdaftar, Anda bisa memilih film pada platform Goethe-Institut: Goethe-On-Demand untuk ditonton dalam kurun waktu 48 jam.

Berikut ini adalah sepuluh film yang tampil dalam program Arthouse Cinema 2021:

- Abschied von gestern (1966) dan Der starke Ferdinand (1976) karya Alexander Kluge.
- Auch Zwerge haben klein angefangen (1970) dan Stroszek (1977) karya Werner Herzog.
- Katzelmacher (1969) dan Angst essen Seele auf (1974) karya Rainer Werner Fassbinder.
- Der amerikanische Freund (1977) karya Wim Wenders.
- Etwas wird sichtbar (1981) dan Leben – BRD (1990) karya Harun Farocki.
- Die bleierne Zeit (1981) karya Margarethe von Trotta.

"Film-film keenam sutradara era Sinema Baru Jerman tersebut dapat ditonton secara gratis sampai 31 Desember 2021," kata Ryan Rinaldy, Public Relations Manager Goethe-Institut Jakarta.

Baca Juga: Rumah Singgah Sehat di Cibiru Bandung, Untuk Warga Sehat yang Anggota Keluarganya Kena Covid-19

Ryan Rinaldi menjelaskan, Sinema Baru Jerman adalah satu gerakan sekaligus semangat untuk menyegarkan cara bercerita pada era 1960-an hingga 1980-an.

Gerakan tersebut berangkat dari ketidakpuasan sekelompok sutradara muda atas arah perkembangan aspek artistik dan sosial politik perfilman Jerman pada periode itu.

Sejak 2012, Goethe-Institut Indonesien memutar beragam film cerita dan dokumenter dari Jerman dan Indonesia dalam rangka program Arthouse Cinema, yang rutin berlangsung di GoetheHaus Jakarta.

Program tahun ini menyajikan film-film cerita yang diseleksi oleh kurator tamu untuk Arthouse Cinema 2020-2021, yaitu Anggraeni Widhiasih (kurator, penulis, seniman, dan anggota aktif Forum Lenteng).

Film-film yang diseleksi untuk program ini merupakan karya para pembuat film yang turut memelopori kelahiran Gerakan Sinema Baru Jerman pada periode setelah 1960-an sampai dekade sebelum reunifikasi Jerman. Ini merupakan periode dalam sejarah Jerman yang terkait erat dengan situasi seusai Perang Dunia II.

Baca Juga: Konflik Indonesia-Malaysia Berakhir 11 Agustus 1966, Adam Malik Tanda Tangan, Soeharto Menyaksikan

Dalam catatan kuratorialnya, Anggraeni menyatakan bahwa pada masa itu, terdapat peristiwa-peristiwa di masa lalu yang tak banyak dibicarakan langsung oleh orang Jerman sendiri.

"Peristiwa-peristiwa itu telah menjadi masa lalu, namun pada saat yang sama mereka belum usai dibahas dan terus memengaruhi tatanan masyarakat Jerman," ujarnya.

Menurut dia, kondisi itu justru menjadi celah bagi para pengkarya untuk membicarakan atau menarasikan ulang sejarah dengan pendekatan yang berbeda-beda.

Dari celah itulah, sejarah kemudian tidak terus-menerus terbatas tentang kepresisian peristiwa di masa lalu, tetapi juga tentang kehadiran dan relevansinya dengan situasi tatanan masyarakat yang ada kini dan di sini.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Goethe-Institut Indonesien

Tags

Terkini

Terpopuler