Dampak Bansos, Banyak Pedagang Beras tak Laku

- 3 November 2020, 16:59 WIB
Perdagangan beras
Perdagangan beras /DeskJabar/Kodar Solihat

DESKJABAR – Perdagangan beras secara eceran pada berbagai kota/kabupaten di Jawa Barat pada bulan Oktober 2020 mengalami kelesuan.

Banyaknya berbagai bantuan sosial (bansos) oleh pemerintah berupa sembako dan uang kontan yang diterima oleh masyarakat, membuat banyak orang tak membeli beras.

Kondisi demikian, membuat banyak stok beras pada pedagang sembako menjadi belum terjual dan berdampak perputaran penjualan berasnya.

Menurut beberapa penjual sembako di Cimahi, biasanya penjualan beras merupakan salah satu andalan perputaran uang. Sebab, penjualan beras relatif cepat, terutama eceran jualan kiloan sampai 50 kg.

Namun sejak beberapa waktu terakhir, penjualan eceran beras menjadi jauh lebih lamban. Karena kondisi ini, sejumlah pedagang pun menunda pula pembelian beras kepada agen, karena takut tak terjual karena terlalu lama menumpuk.

Di lain pihak, banyak pula bisnis lain kini sedang ‘marema’. Misalnya, usaha salon yang menjadi banyak pelanggan yang berbekal uang dari bantuan sosial pemerintah.

Baca Juga: Menteri Sosial : Bansos Beras Sudah Tersalurkan 100 persen dan Tepat Waktu

Wakil Ketua Asosiasi Pedagang Komoditas Agro (APKA) Jawa Barat, Muchlis Anwar, yang dikonfirmasi DeskJabar, Selasa, 3 November 2020 membenarkan, bahwa kondisi seperti itu kini sedang terjadi.

 “Iyaa betul, kondisi di bulan Oktober para pedagang mengalami kelesuan dalam penjualan sembako terutama beras. Ini seiring peredaran sembako di masyarakat sedang ‘ceuyah’, akibat adanya berbagai program terutama bantuan sosial lebih difokuskan ke bantuan sembako dan uang cash money,” ujar Muchlis Anwar.

Disebutkan, banyaknya bantuan sosial berupa beras dan uang kontan yang diterima oleh masyarakat penerima manfaat yang jumlah jutaan penerima. Ini membuat masyarakat sebagai konsumen, tidak melakukan pembelian akan kebutuhan pokok.

Namun menurut Muchlis Anwar, untuk tingkat penggilingan padi, tidak sampai terjadi penumpukan beras. Yang terjadi penumpukan hanya terjadi pada toko toko penjual beras sebagai cadangan dan varitas jenis beras.

Soal harga jual, untuk harga normal masih standar harga eceran tertinggi, baik  jenis medium dan premium harga normal yang biasa dibeli oleh para konsumen golongan karyawan.

Pada lain kondisi, disebutkan Muchlis Anwar, juga pada beberapa daerah tertentu ada yang juga melaksanakan panen padi.   Akibatnya, serapan beras tidak menggeliat seperti biasanya.  ***

 

 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x