DESKJABAR - Kalangan pebisnis beras dan petani padi di Jawa Barat memprotes pemerintah yang mengimpor 1 juta ton beras. Sebab, akan berdampak hancurnya harga beras dan gabah.
Impor beras dikhawatirkan akan berdampak hancurkan harga beras lokal dan gabah petani, apalagi dilakukan bersamaan musim panen raya.
Berkaitan impor beras memang menjadi isu sensitif, karena biasanya berpengaruh kepada harga beras lokal dan gabah. Apalagi, cadangan beras nasional dikabarkan kini sedang banyak dan tak perlu dikhawatirkan.
Reaksi bermunculan, setelah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah memutuskan akan mengimpor beras melalui Perum Bulog antara 1 sampai 1,5 juta ton. Alasannya, untuk menjaga stok, terutama dampak pandemi Covid-19 dan bencana banjir.
Baca Juga: Sejarah Batu Leuit Asal Usul Ronggeng Gunung Di Kabupaten Pangandaran
Sekretaris Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Jawa Barat, Muchlis Anwar, kepada DeskJabar, di Bandung, Jumat, 5 Maret 2021, mengatakan, saat ini harga beras tidak bergerak.
"Pastinya akan berpengaruh, sebab harga beras jalan di tempat. Sementara akhir Maret 2021 sudah masuk musim panen, akan terjadi panen besar , dan saat ini sikap pemerintah belum ada," ujarnya.
Dalam kondisi tersebut, penyerapan gabah padi baik gabah kering pungut (GKP) dan gabah kering giling (GKG), sangat berpengaruh akan kondisi perberasan di Indonesia.