Pebisnis Beras Khawatir Dampak Impor Beras, Hancurkan Harga Beras Lokal dan Gabah Petani

- 5 Maret 2021, 17:12 WIB
Pekerja menumpuk gabah kiriman dari petani di Gudang Perum BULOG di Kampung Legok, Serang, Banten, Jumat (5/3/2021). Sekretaris Perusahaan Perum BULOG Awaludin Iqbal menyatakan selama Januari-Februari 2021 pihaknya telah menyerap 35 ribu ton gabah petani dan hingga akhir tahun ditargetkan akan menyerap 1,45 juta ton gabah petani guna melindungi petani supaya harga gabah stabil saat panen dan di tingkat konsumen serta untuk menjaga stok beras nasional. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/aww.
Pekerja menumpuk gabah kiriman dari petani di Gudang Perum BULOG di Kampung Legok, Serang, Banten, Jumat (5/3/2021). Sekretaris Perusahaan Perum BULOG Awaludin Iqbal menyatakan selama Januari-Februari 2021 pihaknya telah menyerap 35 ribu ton gabah petani dan hingga akhir tahun ditargetkan akan menyerap 1,45 juta ton gabah petani guna melindungi petani supaya harga gabah stabil saat panen dan di tingkat konsumen serta untuk menjaga stok beras nasional. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/aww. /ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA FOTO

DESKJABAR - Kalangan pebisnis beras dan petani padi di Jawa Barat memprotes pemerintah yang  mengimpor 1 juta ton beras. Sebab, akan berdampak hancurnya harga beras dan gabah. 

Impor beras dikhawatirkan akan berdampak hancurkan harga beras lokal dan gabah petani, apalagi dilakukan bersamaan musim panen raya.

Berkaitan impor beras memang menjadi isu sensitif, karena biasanya berpengaruh kepada harga beras lokal dan gabah. Apalagi, cadangan beras nasional dikabarkan kini sedang banyak dan tak perlu dikhawatirkan.  

Reaksi bermunculan, setelah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah memutuskan akan mengimpor beras melalui Perum Bulog antara 1 sampai 1,5 juta ton. Alasannya, untuk menjaga stok, terutama dampak pandemi Covid-19 dan bencana banjir. 

Baca Juga: Sejarah Batu Leuit Asal Usul Ronggeng Gunung Di Kabupaten Pangandaran

Sekretaris Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Jawa Barat, Muchlis Anwar, kepada DeskJabar, di Bandung, Jumat, 5 Maret 2021, mengatakan, saat ini harga beras tidak bergerak.   

"Pastinya akan berpengaruh, sebab harga beras jalan di tempat.  Sementara akhir Maret 2021 sudah masuk musim panen,  akan terjadi panen besar , dan saat ini sikap pemerintah belum ada," ujarnya.     

Dalam kondisi tersebut, penyerapan gabah padi baik gabah kering pungut (GKP) dan gabah kering giling (GKG), sangat berpengaruh akan kondisi perberasan di Indonesia.

Baca Juga: DI JABAR: Sayap Partai Demokrat Ramai Ramai Tolak KLB Partai Demokrat 2021 Yang Digelar di Medan Hari Ini

Halaman:

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x