Subandi ayah Try Sutrisno bekerja sebagai pengemudi mobil Ambulance PGD/DKK (Dinas Kesehatan Kota), dan Mardhiyah ibunya seorang ibu rumah tangga.
Try Sutrisno menikah dengan Tuti Sutiawati wanita pujaannya yang orag Bandung Jawa Barat dan dikarunia 7 orang anak.
Masa kecil Try Sutrisno cukup keras. Di usia 11 tahun harus berhenti sekolah karena harus mencari nafkah untuk meringankan beban hidup keluarga.
Try Sutrisno kecil terpaksa menjual air minum, kemudian menjual koran, dan akhirnya menjadi penjual rokok di stasiun Mojokerto.
Tahun 1948, saat usianya baru 13 tahun, Try Sutrisno diangkat sebagai pesuruh di Batalyon Poncowati, kemudian menjadi kurir sekaligus sebagai anggota PD (Penyelidik Dalam).
Try Sutrisno dengan bertugas mencari informasi ke daerah pendudukan Belanda dan kemudian menyampaikannya kepada para pejuang Republik, sembari membawa perbekalan dan obat-obatan.
Tahun 1949 setelah Indonesia merdeka, keluarga Try Sutrisno kembali ke Surabaya. Try melanjutkan sekolahnya yang sempat terhenti sekitar 3 tahun ke Perguruan Taman Siswa.
Setamat dari SMP II Surabaya, Try Sutrisno melanjutkan ke SMA II dan tamat SMA tahun 1956, pada saat usianya sudah 21 tahun.
Tamat SMA Try Sutrisno daftar dan mengikuti test masuk Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad). Try Sutrisno dinyatakan lulus. Di Atekad, Try mengikuti pendidikan pada Cabang Zeni.