Google Doodle Tampilkan Sosok Ismail Marzuki, Ternyata ini Alasannya

- 10 November 2021, 16:33 WIB
Ismail Marzuki  /Dok.
Ismail Marzuki /Dok. / Pikiran Rakyat/





DESK JABAR -  Inilah alasan mengapa Sosok Ismail Marzuki ditampilkan dalam Google Doodle dalam menyambut Hari Pahlawan Nasional 10 November 2021.

Mengutip Google melalui keterangannya, Rabu 10 November 2021, pada hari ini di tahun 1968, pemerintah Indonesia menghormati warisannya dengan peresmian apa yang sekarang menjadi Pusat Kesenian Jakarta - Taman Ismail Marzuki (TIM), yang berfungsi sebagai pusat pelestarian warisan budaya Indonesia dan inovasi kreatif dalam seni rupa, musik, teater, tari, dan film.

Google Doodle hari ini diilustrasikan oleh seniman yang berbasis di Indonesia, Ykha Amelz. Ia membagikan pemikirannya di balik pembuatan Doodle ini.

Baca Juga: Profil Ismail Marzuki, Google Tampilkan Doodle Ismail Peringati Hari Pahlawan 10 November

Baca Juga: Selebritis Indonesia, Diantaranya Armand Maulana Memberikan Pandangan dan Makna Arti Hari Pahlawan 10 November

Menurut Ykha, musik merupakan topik yang menarik dan memiliki peran besar dalam hidup dan pekerjaannya. "Ditambah juga ketika saya masih remaja saya sering pergi ke Taman Ismail Marzuki dekat rumah saya untuk melihat-lihat toko buku lama, menonton film, melihat planetarium, dll. Tempat ini menyimpan banyak kenangan," katanya.

Saat ditanya apa pemikiran pertamanya ketika didekati tentang mengerjakan Doodle ini, Ykha menjawab dirinya senang karena ini adalah tentang salah satu pahlawan favoritnya, dan itu berhubungan dengan musik, yang memainkan peran besar dalam hidupnya.

Soal inspirasi, Ykha mengatakan, "Saya menggambarnya sambil membayangkan kecintaannya pada musik. Percikan yang dia rasakan ketika dia mengalami instrumen baru. Saya menekankan karakter romantisnya dengan memilih biola sebagai instrumennya untuk Doodle ini."

Ykha berharap, ketika masyarakat melihat Doodle-nya, secara otomatis salah satu lagu Ismail Marzuki akan terngiang di kepala mereka. "Dan, teringat akan semangat juang yang dimiliki Ismazil Marzuki untuk musik lokal dan kebebasan berekspresi," ujarnya.

Baca Juga: YORIS dan DANU DIPERIKSA Polisi, Akankah Misteri BANPOL Ungkap Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang?

Baca Juga: Kasus Pembunuhan Subang, Pakar Hukum Nilai Jika Banpol Tidak Diperiksa Ini yang Bakal Terjadi Pada Polisi

Ismail Marzuki adalah komposer Indonesia yang patriotiknya menjadikannya sebagai pahlawan nasional selama gerakan kemerdekaan bangsa.

Dikutip DeskJabar dari perpusnas.go.id, Ismail Marzuki adalah putra asli Betawi kelahiran Kwitang, Senin, pada 11 Mei 1914 memang dikenal sebagai salah satu komponis besar Indonesia.

Tidak hanya dikenal sebagai seniman pejuang, karya-karya Ismail Marzuki banyak menginspirasi dan membakar gelora semangat perjuangan kemerdekaan saat itu.

Ismail Marzuki yang akrab dipanggil Bang Mail atau Maing semasa kecil mengawali karir bermusiknya pada usia 17 tahun.

Kala itu, ia berhasil mengarang lagu untuk pertama kalinya yang berjudul “O Sarinah” di tahun 1931.

Baca Juga: TERBARU Mencari Pembunuh Ibu dan Anak di Subang, Pakar Hukum: Polisi Seolah Alergi BANPOL

Baca Juga: WASPADA, BMKG Sebut Ini Dampak Cuaca Ekstrim Akibat La Nina di Jawa Barat, Berpotensi Bencana Hidrometeorologi

Ketertarikan Ismailk Marzuki pada bidang seni memang telah tampak pada masa itu, hingga akhirnya pada 1936 Ismail Marzuki bergabung dalam perkumpulan orkes muik Lief Java sebagai pemain gitar, saxophone, dan harmonium pompa.

Pada masa kependudukan Jepang, Ismail Marzuki aktif terlibat dalam orkes radio pada Hozo Kanri Keyku, radio militer Jepang.

Pascakependudukan Jepang berakhir, Ismail tetap memiliih berkarir di RRI. Saat Belanda kembali menguasai Indonesia, Ismail Marzuki memutuskan untuk keluar dari RRI. Setelah RRI berhasil diambil alih, Ismail Marzuki kembali bergabung ke RRI. Saat itu, ia berhasil menciptakan lagu untuk Pemilihan Umum yang diperdengarkan pertama kali dalam Pemilu 1955.

Banyak karya monumental almarhum yang dihasilkan semasa hidupnya, salah satunya adalah lagu berjudul ‘Rayuan Pulau Kelapa’ yang kerap wara wiri di stasiun TVRI pada tiap akhir siaran pada masa pemerintahan Orde Baru.

Baca Juga: Berita Gempa Bumi Hari Ini 10 November, Terjadi di Pelabuhan Ratu Sukabumi Jawa Barat Kekuatan 5,0 Magnitudo

Halaman:

Editor: Ferry Indra Permana

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x