Antisipasi dan Kendalikan Banjir, Kementan Lakukan Pompanisasi dan Rehabilitasi Irigasi

- 26 Oktober 2020, 14:43 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo secara simbolis menyerahkan sekop kepada dinas pertanian di daerah, untuk antispasi dan pengendalian banjir terhadap tanaman pangan, di Kementerian Pertanian, Seni, 26 Oktober 2020.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo secara simbolis menyerahkan sekop kepada dinas pertanian di daerah, untuk antispasi dan pengendalian banjir terhadap tanaman pangan, di Kementerian Pertanian, Seni, 26 Oktober 2020. /Kementerian Pertanian
 
DESKJABAR -  Kementerian Pertanian (Kementan) mengambil sejumlah kebijakan strategis untuk mengantisipasi dan memitigasi dampak badai La Nina yang mulai menerjang sebagian wilayah Indonesia. 
 
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, melalui siaran pers diterima DeskJabar, Senin, 26 Oktober 2020, menjelaskan, terdapat tujuh stimulus kebijakan yang sudah diambil untuk mitigasi la nina. Salah satunya adalah melakukan mapping di seluruh wilayah rawan banjir.
 
"Kemudian kami mengaplikasikan early warning system dan memantau semua informasi yang ada di BMKG. Kita juga membentuk gerakkan brigade banjir (satgas OPT-DPI), brigade tanam, dan brigade panen," ujar Mentan di ruang Agriculture War Room (AWR), Senin, 26 Oktober 2020.
 
Menurut Mentan, pihaknya juga akan melakukan pompanisasi in-out dari sawah serta rehabilitasi jaringan irigasi tersier atau kuarter. Langkah ini perlu dilakukan untuk mempersiapkan kemungkinan terendamnya sawah serta tanaman.
 
Karena itu, Mentan berharap para petani segera menggunakan benih tahan genangan seperti Inpara 1 sampai 10, Inpari 29, Inpari 30, Ciherang Sub 1, Inpari 42 Agritan, dan varietas unggul lokal dan sejenisnya.
 
"Yang paling penting lakukan klaim asuransi usaha tani padi bagi yang sudah mendaftar dan bantuan benih gratis bagi yang puso. Dan terakhir, perbaiki cara pascapanen dengan menggunakan dryer atau pengering dan RMU," katanya.
 
Mentan mengatakan, langkah tersebut diambil sesuai arahan Presiden Jokowi yang mengingatkan kepada segenap jajaran instansi terkait untuk mengantisipasi dampak La Nina. Badai La Nina dengan curah hujan tinggi bisa berdampak pada sektor pertanian, perikanan, perhubungan, dan lingkungan hidup.
 
Sebagai informasi, Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir dengan nilai anomali telah melewati angka -0.5°C, yang menjadi ambang batas kategori La Nina. 
 
Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah tersebut masing-masing adalah -0.6°C pada bulan Agustus, dan -0.9°C pada bulan September 2020.
 
 
Urban farming
 
Sementara itu,  Peneliti Bioteknologi Hewan Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Endang Tri Margawati mengemukakan bahwa pertanian urban bisa menjadi solusi masalah pangan semasa pandemi Covid-19.

"Urban farming (pertanian urban) itu justru kalau di saat pandemi ini sangat menguntungkan, karena kita tidak harus menyiapkan lahan yang besar," kata Endang dalam seminar nasional virtual "Prof Talk: Ketahanan Pangan di Masa Pandemi Covid-19" di Jakarta, dikutip Antara, Senin.

Ia menjelaskan bahwa usaha pertanian urban, yang sudah muncul dan dikembangkan jauh hari sebelum pandemi Covid-19 datang, bisa ditingkatkan pada masa pandemi untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan warga.

Endang mencontohkan usaha pertanian urban yang bisa dilakukan semasa pandemi antara lain penanaman padi di pekarangan rumah, penanaman padi hidroponik, penanaman padi berumur pendek, dan pengintegrasian penanaman padi dengan pemeliharaan ikan.

Di samping itu, ia mengatakan, penyediaan sumber protein bisa dilakukan dengan memelihara ternak seperti ayam, itik, kambing, domba, sapi, dan kerbau sebagaimana yang sudah biasa dilakukan penduduk Indonesia yang tinggal di perdesaan.

Sementara itu, Ketua Majelis Profesor Riset Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Tahlim Sudaryanto mengatakan bahwa pandemi COVID-19 membuat semua semakin menyadari pentingnya upaya mendukung ketahanan pangan pada masa kini dan masa depan.

Profesor Riset Bidang Ekonomi Pertanian itu mengatakan bahwa pertanian urban bisa menunjang upaya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, termasuk ketika terjadi pandemi seperti sekarang.

Dia mengapresiasi inisiatif-inisiatif di tingkat rukun tetangga dan rukun warga (RT/RW) dalam memanfaatkan ruang-ruang yang tersisa untuk mengembangkan pertanian urban.

"Tidak harus ada lahan, tetapi lorong-lorong gang biasanya di situ dikembangkan tanaman hidroponik, ada juga yang di rumah," katanya. ***

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x