DESKJABAR – Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), menyelenggarakan Jakarta Geopolitical Forum (JGF) VIII/2024 dengan tema “Addressing Geo-Maritime Resilience Challenges in the Indo-Pacific” pada 25-26 September 2024 di Hotel Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta. Forum ini menjadi ajang strategis bagi para pemimpin dan pakar internasional untuk bertukar pandangan mengenai kompleksitas ketahanan geomaritim di kawasan Indo-Pasifik.
Acara tahunan ini dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri, Pahala Nugraha Mansury, yang memberikan pidato kunci. Selain itu, forum ini juga menghadirkan sejumlah tokoh penting, termasuk Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dan Letnan Jenderal TNI (Purn) Muhammad Herindra, Wakil Menteri Pertahanan RI. Para pakar dan pemerhati geopolitik dari berbagai negara turut hadir, di antaranya:
1. Laksdya TNI (Purn) Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian - Wakil Ketua Badan Riset dan Inovasi Nasional;
2. Prof. Wihana Kirana Jaya - Staf Khusus Kementerian Perhubungan;
3. H.E. Dr. Kao Kim Hourn - Sekjen ASEAN;
4. Melissa Conley Tyler - Direktur Eksekutif Asia–Pacific Development, Diplomacy, and Defence Dialogue (AP4D);
5. Vice Admiral Vladimir Vorobyov - Wakil Panglima Angkatan Laut Rusia;
6. Sandeep Chakravorty - Duta Besar India untuk Indonesia.
Kegiatan ini juga diikuti oleh 300 peserta dari berbagai kementerian, lembaga, kedutaan besar, serta lembaga think tank, baik dalam maupun luar negeri. Para peserta bertukar pandangan terkait berbagai tantangan geopolitik serta peluang kolaborasi untuk memperkuat ketahanan maritim di kawasan Indo-Pasifik.
Tantangan dan Kompleksitas Geomaritim di Indo-Pasifik
Sejak lama, studi tentang ruang maritim berfokus pada kekuatan laut dan hukum geostrategi. Namun, sejak awal 2000-an, dinamika maritim telah berubah drastis. Globalisasi, pertumbuhan ekonomi, serta ketergantungan negara satu sama lain telah memunculkan tantangan baru di sektor kemaritiman, seperti perebutan sumber daya terbatas, ancaman keamanan, dan perubahan iklim.
Indo-Pasifik menjadi wilayah krusial bagi ketahanan global, di mana ketegangan antar negara besar semakin meningkat. Perlombaan senjata di kawasan ini, termasuk perkembangan teknologi militer dan pembentukan aliansi, memperbesar risiko keamanan di laut. Forum ini secara khusus mengidentifikasi kerentanan dan fragmentasi dalam sistem kemaritiman global yang dapat membahayakan perdamaian dan stabilitas di wilayah Indo-Pasifik.
Dalam siaran persnya, JGF VIII/2024 mengusung empat sub-tema yang dibahas dalam sesi pleno:
Geopolitics and Maritime Whole-Of-Government in The Region;
Strategic Partnership For Sustainable Maritime Industry;
Maritime Security and Challenges in The Region;
Projecting Future Challenges in Maritime Security.
Tema-tema ini berfokus pada tantangan kemaritiman, termasuk keamanan laut, mitigasi ancaman, dan potensi kolaborasi antarnegara untuk mengatasi ketahanan geomaritim.
Kolaborasi Internasional untuk Ketahanan Maritim
Peran kolaborasi internasional menjadi sorotan penting dalam forum ini. Mr. Stéphane Mechati, Charge d’Affaires Uni Eropa untuk Indonesia, menyoroti pentingnya kerja sama lintas negara dalam menghadapi isu perubahan iklim yang berdampak pada sektor kemaritiman. Di sisi lain, Mr. René Piil Pedersen, Managing Director Maersk Line, menegaskan bahwa industri pelayaran internasional membutuhkan regulasi dan koordinasi yang lebih baik untuk menjaga keberlanjutan ekonomi maritim.
Selain itu, perwakilan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) dan International Committee of the Red Cross (ICRC) menekankan pentingnya penegakan hukum di laut, termasuk pemberantasan kejahatan lintas batas seperti perdagangan manusia, penyelundupan, dan pembajakan yang meningkat di kawasan Indo-Pasifik.
Meningkatnya ketegangan geopolitik di Indo-Pasifik mendorong perlunya strategi yang menyeluruh untuk melindungi jalur laut yang vital bagi perdagangan global. Martin Cauchi-Inglott, Direktur Proyek Crimario, menambahkan bahwa stabilitas maritim tidak hanya penting untuk keamanan, tetapi juga menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di wilayah ini.
Arah Kebijakan untuk Masa Depan
Melalui diskusi yang mendalam, para pembicara di forum ini berharap dapat menyusun strategi untuk menghadapi tantangan kemaritiman yang semakin kompleks di masa depan. Tantangan yang mencakup bukan hanya konflik militer, tetapi juga krisis lingkungan, keamanan pangan, dan ancaman terhadap sumber daya alam di wilayah perairan.
Laksamana Madya TNI Erwin S. Aldedharma, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut, menekankan bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik. Menurutnya, sinergi antara pemerintah, industri, dan militer sangat dibutuhkan untuk menjaga ketahanan maritim di wilayah ini.
Di akhir forum, disepakati bahwa hasil dari pertemuan ini tidak hanya menjadi rekomendasi bagi pemerintah Indonesia, tetapi juga untuk negara-negara lain di kawasan Indo-Pasifik. Diharapkan, forum ini dapat mendorong kerja sama internasional guna memperkuat ketahanan maritim dan mewujudkan Indo-Pasifik yang aman dan stabil.
Jakarta Geopolitical Forum 2024 bukan sekadar ajang diskusi, melainkan menjadi platform penting untuk memperkuat jaringan kerja sama global di bidang kemaritiman dan geopolitik. Dengan tantangan yang semakin kompleks, kolaborasi dan strategi yang matang menjadi kunci dalam menjaga stabilitas dan keamanan maritim di Indo-Pasifik.***