Munggahan Ramadhan 2024, Inilah Tradis Unik Masyarakat di Ciamis Sebelum Puasa

- 5 Maret 2024, 17:15 WIB
Masyarakat ramai ramai menikmati hidangan pada saat munggahan usai mengikuti tradisi Ngikis di Situs Cagar Budaya Karangkamulyan Kabupaten Ciamis.
Masyarakat ramai ramai menikmati hidangan pada saat munggahan usai mengikuti tradisi Ngikis di Situs Cagar Budaya Karangkamulyan Kabupaten Ciamis. /Pikiran Rakyat/Dewiyatini/

DESKJABAR - Munggahan Ramadhan 2024, di Ciamis ada tradisi munggahan sebelum puasa Ramadhan dengan cara yang unik dan masih dilaksanakan sampai sekarang.

Sebelum melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, banyak warga yang melakukan munggahan terlebih dahulu dengan acara makan bersama atau botram.

Di Kabupaten Ciamis ada tradisi munggahan yang unik dan beda dengan di daerah lain. Tradisi munggahan ini berbeda beda sebutannya tetapi memiliki makna yang sama.

Baca Juga: Salah Satu Sunnah Ini Banyak Ditinggalkan Saat Sholat Fardhu, Padahal Nabi SAW Mengerjakannya

Sebelum masuk bulan Ramadhan atau sebelum melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, warga di Ciamis ini menggelar terlebih dahulu tradisi munggahan di daerahnya.

Inilah beberapa tradisi munggahan yang unik dan masih dilaksanakan oleh warga dan menjadi agenda rutin tahunan sebelum melaksanakan puasa Ramadhan.

 

1. Tradisi Nyepuh

Masyarakat Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis biasa melakukan tradisi nyepuh sebelum melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.

Nyepuh ini memiliki makna membersihkan lingkungan terutama membersihkan lokasi makam sesepuh di kampung Ciomas tersebut dan ini dilaksanakan sebelum puasa Ramadhan.

Masyarakat dengan sukarela membersihkan lingkungan sekitar dengan bergotong royong dan puncak acaranya dengan berdoa bersama di lokasi makam KH Panghulu Gusti salah satu tokoh penyebar agama Islam di wilayah Ciomas.

Lokasi makam KH Panghulu Gusti ini berada di pinggir perkampungan warga. Dan menjelaskan puasa Ramadhan ini lokasi makam sudah bersih termasuk lingkungan sekitar.

Hampir semua warga datang ke lokasi makam untuk berdoa bersama dan mendoakan para Karuhun yang sudah meninggal duni agar mendapatkan tempat yang baik di sisi Allah SWT.

Juga berdoa agar dibersihkan dari segala dosa, dan ketika memasuki bulan Ramadhan untuk melaksanakan ibadah puasa sudah dalam keadaan bersih dari dosa dosa.

Tradisi Nyepuh ini biasanya ditutup dengan makan bersama di lokasi sekitar makam. Warga secara sukarela sudah menyiapkan aneka makanan dan semua orang bebas makan sepuasnya di lokasi tersebut.

Baca Juga: Watimpres RI Sidarto Hadir Di Tasikmalaya, Asep Sopari : Tasik Satu Satunya Daerah yang Punya Perda Pancasila

 

2. Tradisi Mi Salin

Tradisi Mi Salin ini merupakan acara munggahan yang dilaksanakan oleh warga sekitar Kampung Salawe di Desa Cimaragas Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis.

Tradisi Mi Salin ini dilaksanakan di kawasan Situs Cagar Budaya Sanghyang Cipta Permana Galuh Salawe yang lokasinya berada persis di pinggir sungai Citanduy.

Tradisi Mi Salin ini memiliki makna membersihkan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Dan ini sudah turun temurun sejak jaman kerajaan Galuh Salawe pada jaman dulu.

Menjelang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, warga pada jaman kerajaan dulu selalu menggelar munggahan dengan tradisi yang disebut Mi Salin yakni membersihkan diri dari setiap kotoran baik di lingkungan ataupun kotoran pada diri manusia itu sendiri.

"Manusia juga harus suci, saat memasuki bulan suci, tradisi ini sebagai upaya mensucikan diri menjelang bulan suci," kata Tokoh Salawe, Latif Adiwijaya.

Biasanya setelah selesai mengikuti kegiatan tradisi Mi Salin ini warga juga melakukan makan bersama di sekitar lokasi yang digunakan untuk menggelar tradisi Mi Salin.

 

3. Tradisi Ngikis

Tradisi munggahan sebelum puasa Ramadhan yang masih berlangsung samapi saat ini di wilayah Ciamis adalah tradisi Ngikis.

Tradisi ngikis ini rutin dilaksanakan sebelum puasa Ramadhan di Situs Cagar Budaya Karangkamulyan. Daerah ini pada masa lalu sebagai pusat Kerajaan Galuh.

Ngikis memiliki makna adalah mengganti pagar yang mengelilingi situs Pancalikan atau situs tempat duduk di lokasi cagar Budaya Karangkamulyan.

Situs Pancalikan ini merupakan tempat duduk atau singgasana raja pada masa kerajaan Galuh. Dan situs ini dikelilingi oleh pagar yang diganti setiap menjelang puasa Ramadhan.

Tetapi ada makna lain dari kata Ngikis ini yakni memagari diri atau mempersiapkan diri baik fisik maupun mental saat akan melaksanakan ibadan puasa Ramadhan.

Tradisi Ngikis ini merupakan tradisi munggahan yang turun temurun sejak abad ke 17 dan masih lestari sampai saat ini. Tradisi Ngikis ini dilaksanakan setiap hari Senin atau Kamis terakhir jelang masuknya bulan Ramadhan.

Setelah selesai mengikuti acara tradisi Ngikis, masyarakat yang hadiri kemudian menikmati makana yang mereka bawa dari rumah secara berjamaah. Tradisi munggahan ini menarik perhatian masyarakat.

Itulah tradisi munggahan yang biasa dilakukan masyarakat Ciamis dan masih lestari sampai saat ini meskipun tradisi ini sudah sangat tua dan ada sejak abad ke 17 Masehi.***

Editor: Yedi Supriadi

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x