Cerita Imas Pedagang Tutut asal Tasikmalaya Jawa Barat : Musim Hujan Tutut Sulit Didapat

- 14 Januari 2024, 17:29 WIB
Imas pedagang tutut asal Tasikmalaya Jawa Barat sedang menjajakan kuliner tutut di area Car Free Day (CFD) Tasikmalaya Minggu, 14 Januari 2024.
Imas pedagang tutut asal Tasikmalaya Jawa Barat sedang menjajakan kuliner tutut di area Car Free Day (CFD) Tasikmalaya Minggu, 14 Januari 2024. /Dindin Hidayat/DeskJabar.com/

 

 DESKJABAR - Diantara ratusan pedagang di acara Car Free Day (CFD) Tasikmalaya Jawa Barat, Jl. KH EZ Muttaqin Minggu, 14 Januari 2024, ada seorang ibu yang terlihat begitu semangat menawarkan barang dagangannya.

Sang ibu itu tak henti menawarkan jualannya dengan menunjuk ke arah ratusan bungkus kuliner tutut atau keong sawah yang dikemas dalam plastik-pastik kecil yang digelar diatas meja dagangannya.

Tampak juga sebuah kertas yang telah di laminating terselip diantara bungkusan hewan bernama ilmiah Pila ampullacea bertuliskan 'TUTUT Situ Gede Asli RP 2.000'.

Baca Juga: ALHAMDULILLAH, Seluruh Penumpang KA Pandalungan yang Anjlok di Sidoarjo Selamat, Ini Penjelasan PT KAI

Mengenakan kaus berwarna kuning berselendang tas, sang ibu itu kembali menawarkan dagangannya dengan suara cukup nyaring.

"Tutut neng, tutut pa bu, hayo kadieu (ayo kesini)," ujar ibu itu bersemangat.

Ya, ibu pedagang tutut itu bernama Imas (46 tahun), warga Kampung Peundeuy, Kelurahan Lingga Jaya Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya Jawa Barat.

Ibu paruh baya itu bercerita dirinya telah menekuni kuliner hewan bercangkang itu sejak 8 tahun lalu.

Dari berjualannya itu ia bersyukur bisa menyekolahkan 3 orang putranya dan 1 orang anaknya yang masih berusia 4 tahun.

Baca Juga: CAR FREE DAY, Wahana Wisata dan Hiburan Akhir Pekan yang Selalu Dinanti Warga Tasikmalaya

"Alhamdulillah dari jualan tutut saya bisa menutupi kebutuhan keluarga dan juga sekolahkan anak-anak," ujar ibu dua cucu ini.

Dalam sekali berjualan di CFD Tasikmalaya, dirinya bisa menjual puluhan hingga ratusan bungkus tutut hasil olahannya itu.

Asal Tutut dan Cara Memasak

Sambil melayani pembeli, Imas pun menjelaskan asal usul tutut yang ia jual. Menurutnya siput sawah itu diperoleh dari Situ Gede dekat rumahnya.

Baca Juga: UPDATE INFO, Kereta Api Anjlok di Sidoarjo, Jadwal Kereta dari Bandung Tidak Terganggu

Dua hari sebelum dijual atau hari Jumat, dia dibantu anaknya mulai mencari dan menangkap hewan itu menggunakan ayakan atau tangan kosong.

Bila musim kemarau kata Imas, dia mampu membawa hasil tangkapannya hingga 30-40kg, namun bila musim hujan paling dikisaran 15 kg.

"Kalau musim hujan tutut sulit didapat, nyarinya harus sampai tengah situ. Kalau kemarau tutut pada kepinggir situ malahan pada nempel di perahu," tutur Imas.

Baca Juga: Profil Tim Irak, Lawan Indonesia di Laga Perdana Piala Asia 2023 Qatar, Berikut Rekor Pertemuan Kedua Tim

Puluhan kilo tutut itu pun sebelum dimasak direndam terlebih dahulu agar kotorannya keluar. Air nya pun terus diganti hingga benar-benar bersih.

Bumbu

Tak lupa juga, bagian belakang tutut dibuang atau dipotong dulu kemudian menyiapkan aneka bumbu dan rempah-rempah seperti kunyit, bawang merah, bawang putih, gula, garam penyedap rasa, lengkuas dan lainnya.

Usai dimasak tutut pun siap untuk dipasarkan. Ia menyediakan kuliner tututnya itu dalam dua hidangan yakni pedas dan biasa (original).

Diketahui, selain rutin berjualan di CFD, pada hari biasa ia juga berjualan keliling di daerah tempat tinggalnya dengan menjajakan aneka makanan ringan seperti gorengan bala-bala (bakwan), goreng pisang, kolek dan lainnya.***

Editor: Ferry Indra Permana


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah