Sabil Guru Honorer yang Dipecat Gegara 'Maneh', Kini akan Jadi Fotografer Kang Dedi Mulyadi?

- 19 Maret 2023, 17:34 WIB
Muhammad Sabil Fadhilah bertemu dengan Dedi Mulyadi.
Muhammad Sabil Fadhilah bertemu dengan Dedi Mulyadi. /Dok. Dedi Mulyadi

“Beberapa kali juga pernah ketemu dengan beliau. Saya memandang beliau sosok yang akrab, lebih ke friendly,” kata Sabil.

Ia tak menyangka komentar kritikan tersebut akan viral hingga ditandai sebagai komentar yang ditandai. Sebab ia mengaku sudah sering berkomentar tapi baru kali ini menjadi viral hingga akhirnya ia berhenti dari pekerjaannya.

Baca Juga: MENU SAHUR PRAKTIS,  Telur Dadar Padang Ala Ade Koerniawan

Pihak sekolah tempat Sabil mengajar sebetulnya telah memberikan kesempatan kedua untuk ia kembali mengabdi. Namun Sabil memilih untuk berhenti dan mengundurkan diri sebagai guru SMK di Cirebon.

Sementara itu Kang Dedi menjelaskan, awalnya Sunda yang berpatokan pada Pajajaran tidak mengenal istilah undak usuk dalam berbahasa.

“Stratifikasi di Sunda itu saamparan, sajajaran, tidak ada tingkatan manusia semua sama. Orang Sunda itu hidup dalam kesetaraan,” ucap Kang Dedi.

Berjalannya waktu masuklah era Sunda priangan yang mendapat pengaruh stratifikasi manusia seperti menak atau anak ningrat. Hingga muncul sebutan atau bahasa untuk diucapkan kepada yang lebih tua, lebih muda, sebaya, kepada pimpinan dan sebagainya.

Tetapi, kata Dedi, dalam pandangannya pengucapan bahasa tergantung dari hati personal. “Jadi kalau bahasanya halus tapi hatinya benci ya tetap saja nyelekit, kalau bahasanya dianggap kasar tapi akrab ya itu candaan,” katanya.

Menurut Kang Dedi, kata maneh atau dalam bahasa Indonesia berarti kamu bisa diartikan sebagai panggilan akrab dan penuh cinta. Bahkan sebelum mengenal kata sayang seperti sekarang, orang tua zaman dulu menggunakan ‘maneh’ untuk panggilan sayang pada pasangannya.

Halaman:

Editor: Yedi Supriadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x