"Mungkin karena saya sering bicara di media. Banyak banget masyarakat yang minta (bantuannya) dan saya selalu bilang, 'lapor dulu ke polisi'," ujarnya.
Dalam melakukan autopsi, Sumy Hastry bisa menjadi operator sendirian atau kadang berdua dengan dokter forensik lain.
Baca Juga: KASUS SUBANG 100 Persen Bakal Terungkap, Ahli Forensik Tanggapi Isu Banpol Hingga Pembunuh Psikopat
Tim yang melakukan autopsi 4-5 orang. Ada asisten yang bertugas menjahit luka, membersihkan organ-organ tubuh untuk dikembalikan ke dalam tubuh, memandikan, dan mendokumentasikan dalam bentuk foto.
Autopsi kedua kasus Subang
Sumy Hastry melakukan autopsi kedua di area pemakaman untuk memudahkan dan agar lebih cepat, seperti saat autopsi kedua kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Saat autopsi kedua di pemakaman, tim akan menyiapkan meja panjang yang di bawahnya dialasi plastik dan kain kafan.
Tujuannya agar setelah jenazah diangkat dari makam ke meja panjang, kain kafan yang sudah rusak, bisa segera diganti agar proses autopsi bisa cepat.
"Setelah selesai, jenazah kita mandikan lagi, kita rapikan, kita kafani, langsung masukkan (ke makam) lagi," ucapnya.
Sumy Hastry tidak merasa harus membiasakan diri dengan pekerjaannya tapi langsung terbiasa berurusan dengan jenazah.