Kampung Sunda, Mempesona Publik Amerika di World's fair Chicago tahun 1893 (Bagian 2) SEJARAH JAWA BARAT

- 3 Maret 2021, 18:44 WIB
Dua wanita Sunda yang disebut sebagai Javanese Women berjalan-jalan melewati Kampung Turki pada World's Columbian Exposition
Dua wanita Sunda yang disebut sebagai Javanese Women berjalan-jalan melewati Kampung Turki pada World's Columbian Exposition / https://1893.chicago00.org// Chicago00 adalah kemitraan pemenang penghargaan antara Chicago History Museum dan pembuat film Geoffrey Alan Rhodes.

DESKJABAR – Catatan kehadiran Kampung Sunda pada World’s fair ajang World's Columbian Exposition di Chicago, Amerika Serikat tahun 1893, menjadi sejarah penting dalam ajang pameran bisnis terbesar dunia.

Misi dagang Hindia Belanda untuk menjual kopi dan teh ke Amerika Serikat, kemudian sukses. Sebab, publik terkesan kehidupan dan alam tempat tinggal orang-orang Sunda, yang dipromosikan dengan keberadaan tanaman dan produksi kopi dan teh.

Berdasarkan catatan DeskJabar dari pemberitaan Daily Telegraph terbitan 27 Oktober 1893 dan  Tasmanian News terbitan 23 November 1893, yang arsipnya tersimpan di National Library of Australia, penampilan Kampung Sunda (walau disebut Javanese Village) pada Woirld’s fair di Chicago tersebut menjadi daya tarik besar bagi kalangan masyarakat Amerika.

Baca Juga: Lapor Muara Enim yang Digagas Kajari Irfan Wibowo Langsung Direspon: Warga Lapor Kajari Langsung Cek Lokasi

Ke-125 orang Sunda asal Sukabumi dari Perkebunan Parakansalak dan Perkebunan Sinagar, yang dibawa pemilik perkebunan, J Kerkhoven dan G Mundt tersebut, paling berdaya tarik dari berbagai tampilan suku bangsa dunia yang tampil pada World's Columbian Exposition tahun 1893 di Chicago itu.

Negara-negara dan bangsa lainnya yang ikut tampil, misalnya Eropa menampilkan Suku Viking, Jerman, Hongaria, Turki, Timur Tengah, Mesir, Tunisia, India, Melayu, Aljazair, Afrika, Cina, dll.

Penggambaran sosok

Digambarkan, dekorasi pada perkampungan Sunda di Chicago World’s Fair itu dibuat lengkap menggambarkan khas pemukiman orang-orang Sunda dengan kesehariannya.

Yaitu, alam yang indah, berupa pegunungan, hijauan alam, buah-buahan, rumah-rumah terbuat dari bambu, dengan pusat berupa masjid.

Baca Juga: Siap-siap Ya, Pulang dari Luar Negeri Masuk Karantina

Disebutkan, bahwa orang-orang Sunda memiliki sosok yang menarik, dan tampak cerdas serta cepat mudah belajar lalu menguasai ilmu baru.

Namun, kata berita itu, hanya ada satu kekurangannya, karena memang berasal dari daerah tropis, orang-orang Sunda itu rata-rata menggigil kedinginan belum tahan terhadap iklim di Amerika.

Dalam berita itu juga disebutkan, bahwa publik menilai, bahwa orang-orang Sunda, ramah dan cerdas. Mereka sangat cekatan dan panjang lebar menjawab setiap pertanyaan publik.

“Mereka tampak sangat cepat belajar dan menguasai ilmu baru. Bahkan mereka antusias ingin belajar Bahasa Inggris,” tulis surat kabar itu menirukan keterangan publik Amerika.

Baca Juga: Siap-siap Ya, Pulang dari Luar Negeri Masuk Karantina

Sebagai juru bicara adalah Raden Adnea, dengan  pemandu, adalah Carlo Ferrari, seorang pemburu profesional asal Italia, yang sangat fasih berbahasa Sunda.

Kampung Sunda dan masjid pada  World's Columbian Exposition di Chicaho Amerika tahun 1893.
Kampung Sunda dan masjid pada World's Columbian Exposition di Chicaho Amerika tahun 1893. Dok Digital Library Northern Illinois University Amerika Serikat.

Disebutkan dalam berita itu, bahwa orang-orang Sunda sangat melekat dengan Agama Islam dan Kita Suci Al Qur’an. Ini tampak dari tampilan kampung Sunda itu yang berluas 100.000 meter persegi, dimana di tengahnya berupa pusat, adalah sebuah masjid.

Diceritakan, bahwa makanan orang-orang Sunda itu terdiri nasi, daging, ikan, dan sayuran. Mereka juga menggemari mengkonsumsi kacang-kacangan dan umbi-umbian yang dikukus.

Sukses kedua

Karena tampilan orang-orang Sunda itulah, perusahaan Hindia Belanda dapat sukses menjual teh ke Amerika.

Baca Juga: Ayus Sabyan Tidak Datang Saat Sidang Perceraian Dengan Ririe Fairus, Banyak Warganet Berikan Komentar

Dalam berita itu juga disebabkan, kehadiran 127 orang Sunda ke Chicago World’s Fair itu juga atas peran Bupati Priangan, Raden A Prawiradiredja, yang mengizinkan mereka berangkat ke luar Jawa Barat.

Sukses besar misi dagang Hindia Belanda pada pameran dunia dengan motor penampilan orang-orang Sunda itu merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya, sukses besar juga diperoleh pada pameran di Paris, Prancis, tahun 1889.

Dengan catatan tersebut sekaligus menjelaskan atas suksesnya tampilan orang-orang Sunda pada World's Columbian Exposition di Chicago, Amerika tahun 1893 itu.

Sayangnya, pada masa kini terindikasi dipelintir oleh segelintir orang Indonesia sendiri, bahwa saat itu mereka dijadikan tontonan oleh orang-orang Amerika. (Kodar Solihat/DeskJabar) ***

 

 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah