Network
DESKJABAR - Baru-baru ini di Bekasi bayi obesitas Kenzi Alfaro viral di banyak media sosial maupun media mainstream. Sebelumnya, pada 2016 ada anak obesitas bernama Arya, namun kini ia sudah langsing.
Berdasarkan data Riskesdas Kemterian Kesehatan RI (2013) yang dikutip yankes.kemkes.go.id, di Indonesia, prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia 5 - 12 tahun mencapai 18,8 %. Rinciannya, katagori gemuk 10% dan obesitas 8,8%, angka itu meningkat dari tahun 2012 yang hanya 9,2 %.
Awalnya, mungkin orang tua senang melihat bayi atau anaknya gemuk, karena terlihat lucu. Namun, jika kegemukan dan obesitas sebaiknya dihindari. Obesitas pada anak merupakan kondisi medis serius.
Dikutip dari Mayo Clinic, obesitas pada anak sangat meresahkan karena kelebihan berat badan sering membuat anak-anak mengalami masalah kesehatan seperti halnya orang dewasa, misalnya diabetes dan tekanan darah tinggi, juga kolesterol tinggi.
Baca Juga: Ciri-ciri Obesitas atau Kelebihan Lemak Tubuh, Jangan Anggap Enteng, Bisa Memicu Banyak Penyakit
Di sisi lain, secara psikologis, anak anak yang obesitas bisa jadi merasa rendah diri, bahkan bisa depresi karenanya.
Salah satu strategi terbaik untuk mengurangi obesitas pada masa anak adalah dengan memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga seluruh keluarga Anda. Mengobati dan mencegah obesitas membantu melindungi kesehatan anak sekarang dan di masa depan.
Gejala Obesitas pada Anak
Tidak semua anak dengan berat badan ekstra kelebihan berat badan. Sejumlah anak memiliki kerangka tubuh lebih besar dari rata-rata. Dan anak-anak biasanya memiliki jumlah lemak tubuh yang berbeda pada berbagai tahap perkembangan. Jadi, kelebihan berat badang tak hanya dilihat dari bentuk fisik anak.
Indeks massa tubuh (BMI) merupakan pedoman berat dalam hubungannya dengan tinggi badan, merupakan ukuran kelebihan berat badan dan obesitas yang diterima.
