Machine Learning untuk Prediksi Stunting Bayi dan Balita

- 6 April 2022, 16:58 WIB
Dr. Ayi Purbasari, ST., MT
Dr. Ayi Purbasari, ST., MT /dok pribadi/

 

DESKJABAR - Permenkes No. 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak menyatakan status gizi anak dibedakan menjadi stunting, wasting dan underweight. Stunting (pendek menurut umur) diukur melalui indeks tinggi/panjang badan menurut umur (TB/U atau PB/U).

Status ini menunjukkan indikasi masalah gizi kronis akibat kekurangan gizi maupun infeksi dalam jangka waktu yang lama. Wasting (kurus menurut tinggi badan) diukur melalui indeks berat badan menurut tinggi/panjang badan (BB/TB atau BB/PB).

Status ini menunjukkan indikasi masalah gizi akut yang sensitif terhadap perubahan secara cepat seperti wabah penyakit maupun kelaparan. Underweight (berat badan kurang menurut umur) diukur melalui indeks berat badan menurut umur (BB/U).

Status ini menunjukkan indikasi masalah gizi secara umum. Pengukuran di posyandu setiap bulan biasanya menggunakan indeks ini.

Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI)  2021, prevalensi stunting menunjukkan penurunan dari 27,7% di tahun 2019 menjadi 24,4%. Namun hasil ini masih jauh dari target, yaiu 14 persen pada tahun 2024.

Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) adalah survei berskala nasional yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan status gizi balita (stunting, wasting, dan underweight) tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.

Studi ini dilakukan sejak tahun 2019 ini dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Biro Pusat Statistik (BPS) dan didukung oleh Sekretariat Wakil Presiden RI.

Pelaksanaan SSGI menjadi amanat Perpres No. 72 Tahun 2021 dimana Kementerian Kesehatan bertanggung jawab untuk mempublikasikan data prevalensi stunting kabupaten/kota setiap tahunnya.

Halaman:

Editor: Ferry Indra Permana


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x