Gua Donan Bukti Sejarah Markas Jaman Belanda dan Diduga Pernah Ditempati Manusia Purba

- 14 Maret 2021, 15:51 WIB
Gua Donan Bukti Sejarah Markas Jaman Belanda.
Gua Donan Bukti Sejarah Markas Jaman Belanda. /Muslih Suprianto/DeskJabar/
 
 
 
DESK JABAR - Jarang pengunjung yang menuju Pantai Pangandaran, singgah ke obyak wisata Gua Donan. Lokasi Gua Donan ini persis berada pinggir Jalan Raya Banjar-Pangandaran tepatnya di Desa Tunggilis Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran.
 
Gua Donan merupakan salah satu objek wisata dan pada era penjajahan Belanda, gua itu dijadikan markas mereka. Luas areal Gua Donan sekitar 2,5 hektare dan gua ini memiliki delapan lubang pintu masuk dan tiga lubang pintu keluar, dengan panjang lorong sekitar 500 meter.
 
Gua Donan ini menurut cerita warga setempat dijadikan sebagai tempat untuk "ngadon" (persinggahan) oleh tentara Belanda sekaligus gudang amunisi senjata.
 
Kepala Desa Tunggilis Ilan Gumilar mengatakan, pada saat penjajahan jaman Belanda waktu itu bernama Gua Gedong karena didalamnya ada ruangan besar juga ada kolamnya.
 
 
 
"Kata orang tua dulu didalam gua banyak ditemukan senjata perang dan ransel tentara," katanya, Minggu, 14 Maret 2021.
 
Budayawan Kecamatan Kalipucang Aceng Hasyim mengatakan, ada keunikan yang terdapat di dalam gua dengan lorong ruas panjang berbatu karang mirip binatang purba dan ada kursi kerajaan dihiasi stalaknit.
 
Ada beberapa orang berpendapat bahwa kuat dugaan, dulunya pernah dihuni manusia purba. "Dilokasi sekitar gua ada beberapa makam kuno," ungkapnya.
 
Aceng Hasyim yang tempat tinggalnya tidak jauh dari lokasi Gua Donan tersebut menuturkan kalau pernah ada tetangganya menemukan fosil dan perkakas manusia yang sudah terkubur tanah.
 
 
 
"Buktinya yang terdapat pada lingkungan batu putih atau karst," katanya. 
 
Menurutnya pada waktu dulu, pernah datang seorang pengembara dari Cilacap Jawa Tengah bernama Adipati Raden Ronggo Segoro yang sedang menyebarkan agama islam.
 
Di Desa Tunggilis antara pengikut Kiyai Banjar dengan Adipati Raden Ronggo Segoro terjalin dengan baik dan sangat harmonis, bahkan Raden Ronggo Segoro memiliki murid.
 
"Para murid itu belajar ilmu keagamaan dan kanuragan kepada Raden Ronggo Segoro," ujarnya.
 
Tiba-tiba Kiyai Banjar merasa kehilangan salah satu pusaka keris yang merupakan keris andalannya, pada akhirnya masyarakat Tunggilis terbelah menjadi dua kubu.
 
"Ada yang ke kubu Kiyai Banjar ada yang ke kubu Adipati Raden Ronggo Segoro," ucapnya. 
 
Mereka para pengikut keduanya, saling mencurigai hilangnya keris tersebut dicuri. Untuk menyelesaikan permasalahan kecurigaan, dua kubu antarKiai Banjar dengan Adipati Raden Ronggo Segoro sepakat menggelar sayembara adu kanuragan dengan cara saling meminum air putih secara bergantian.
 
Setelah sayembara adu kanuragan digelar, tidak terlihat reaksi apa pun pada Kiai Banjar, tetapi tidak lama kemudian dari perut Adipati Raden Ronggo Segoro secara tiba-tiba keluar sebuah pusaka keris yang hilang itu.
 
"Ternyata keris yang hilang telah dicuri oleh  salah seorang pengikutnya Adipati Raden Ronggo Segoro," ujar Aceng.
 
Sementara itu ada 5 ruangan yang belum diketahui semua orang, yaitu: 
 
1. Ruang Pamit yaitu bila yang masuk gua dan keluar harus terlebih dahulu berpamitan.
 
2. Ruang Rembug (Ruang Perundingan) bila ada Raja akan datang atau berkunjung, tempat ini sebagai tempat bermusyawarah untuk menentukan apa saja yang harus dipersiapkan untuk menyambut Raja tersebut. 
 
3. Ruang singgah untuk menerima pendatang baru
 
4. Ruang Kemantren merupakan ruangan untuk duduk para tokoh atau raja dan disana juga terdapat kolam pasucen
 
5. Ruang Sorak merupak ruangan untuk bertarung antar kubu.(Muslih Suprianto/Desk Jabar)***

Editor: Ferry Indra Permana


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x