DESKJABAR – Pengusahaan ubi jalar menjadi salah satu komoditas yang prospektif untuk pangsa ekspor maupun domestik. Agribisnis ubi jalar tetap berjalan bagus walau kondisi umum sedang terjadi pandemi Covid-19.
Di Jawa Barat diketahui terdapat sejumlah sentra produksi ubijalar, seperti Kabupaten Bandung, Sumedang, Kuningan, Garut, Bogor, dan Tasikmalaya. Aneka macam ubi jalar yang dibudidayakan, misalnya ubi jalar biasa, ubi cilembu, ubi ungu, ubi Jepang, ubi Manohara, ubi putih, dll, baik untuk dikonsumsi biasa, maupun kebutuhan industri pangan.
Pada sisi lain, pembudidayaan ubi jalar diketahui tak begitu banyak perawatan. Karena itu, budidaya tanaman ubi jalar termasuk salah satu upaya mengindari tanah menganggur, khususunya lahan kering menjadi tetap produktif dan relatif menguntungkan.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Dadan Hidayat, kepada DeskJabar, Sabtu, 24 Oktober 2020, menyebutkan, bahwa para pembeli ubijalar sangat banyak. Bukan hanya pasar domestik, juga ekspor yang sudah berjalan lama.
Disebutkan, pada sejumlah negara, ubi jalar dibuat tepung, karena konsumsi dari sejumlah negara untuk bahan pangan ini tinggi. Importir ubi jalar adalah Jepang, Hongkong, Korea, China, Thailand, Singapura, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, dan Amerika Serikat.
Menurut Dadan Hidayat, salah satu upaya agar usaha bertani ubi jalar adalah jalinan kemitraan dengan para pembeli. Tujuannya, agar diperoleh kepastian harga, sekaligus motivasi meningkatkan produktivitas dimana kini rata-rata 60 s.,d 80 ton/hektar.
Baca Juga: Milenial Menilai Usaha Pertanian Menjanjikan Penghasilan Bagus
Baca Juga: Tanah Pertanian, Harta Tak Ternilai Harganya
Baca Juga: Ciptakan Bertani Menjadi Kaya, Komoditas Porang Dikembangkan di Jawa Barat